Mencintai Tak Bermakna Memiliki
Friday, December 17, 2004
Si dia kepunyaanmu...
Atau kau kepunyaan si dia ...
Kerana hakikatnya...
Kita tidak pernah memiliki sesiapa...
Walau sekeping hati seorang insan...
Tidakkah kau sadar...
Hukum alam menyatakan...
Menyintai tidak semestinya memiliki?...
Manusia pandai berpura...
Berlakon di pentas dunia...
Dan bertopeng menutup rahasia..
Tetapi hati...
Tidak pernah berdusta pada empunya...
Tentang perasaan yang bergolak di dalamnya...
Tidakkah kau sadar...
Mungkin si dia melafazkan...
Ungkapan cinta padamu...
Tetapi hati dan perasaannya...
Tidak pernah berniat begitu...
Dia hanya berselindung...
Di sebalik sejuta alasan...
Dan kau...
Begitu jujur dan setia menyintainya..
Sehingga terlupa..
Hukum alam menyatakan..
Menyintai tidak bermakna memiliki..
Sesungguhnya...
"Aku tidak pernah memiliki dirimu..."
"Dan kau jua tidak memiliki diriku."
Mengertilah...
Kita sebenarnya kepunyaan..
Yang Maha Esa...
Tiada sesiapa berhak memiliki diri kita...
Kecuali Dia...
Dia mengasihi hambaNya...
Dia memiliki hambaNya...
Dan ke pangkuan Dia kita akan dikembali......
posted by kinanthi sophia ambalika @ 12/17/2004 05:23:00 PM - 4 comments
Panggung Srimulat 2
Thursday, December 16, 2004
Kuputuskan meninggalkan mobil dan sopirku dengan naik taksi. Aku tentu tak mau jamuran menunggu ketidak pastian. Aku masih ingat uang parkir dimobil hanya tersisa 5 ribu. Bisa jadi kalau terlalu lama dia tak akan cukup membayar. Ach kenapa masih aku pikirkan nasibnya. Cukup sudah aku terbeban dengan beratnya alat-alat tulis kantor yang kubeli dan perjuanganku mendapatkan taksi bagus setelah ditelantarkan sopirku, sementara customer di kantor telah beberapa kali meng-sms minta ketemu.
Kupilih tempat duduk tepat dibelakang sopir taksi, menghindari posisi pintu kiri belakang. Bukan rahasia lagi kalau area ini digunakan sopir taksi untuk toilet daruratnya.
Aku sebutkan tujuanku dan sopir menggangguk mengerti. Ach mungkin tiduran sejenak akan mendinginkan otakku yang panas kejengkelan.
”Belanjanya banyak sekali pak”
”He-eh” Jawabku malas
”Sering ke mangga dua ya pak”
“He’eh”
Rupanya jawaban singkatku tak menyurutkan sopir taxi ini untuk diam, dari cerita pembangunan kawasan Mangga Dua, politik hingga keruwetan Jakarta meluncur tak henti. Akupun makin terkantuk-kantuk dan setengah terpaksa menghargai informasi yang masuk telingaku.
“Bagaimana tak macet Pak bila mobil makin murah harganya …” Katanya lebih lanjut. “Perubahan sepertinya mendesak untuk dilakukan ya Pak, Kita butuh pemimpin yang tanggap, dan mengerti akan perubahan itu”
“Perubahan apa pak?” Tanyaku asal.
“Ya perubahan, perubahan dari miskin jadi makmur, dari bodoh jadi pinter, dari macet seperti ini jadi lancar, dari …..busyet !!!!!!”
Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnn …………………………
Mobil secara reflek direm menghindari sepeda motor yang menyalip secara zigzag ditengah kemacetan dengan kecepatan tinggi. Jantungkupun seakan ikut berhenti saking kagetnya.
“Pakai mata dong…!!!” Sopir taxi itu kembali mengumpat, mengeluarkan kepalanya dari kaca jendela yang dibukanya. “Nah Pak apa nggak makin kacau bila ada orang ugalan-ugalan macam itu”.
Aku tak bereaksi karena berusaha untuk menguasai keterkejutanku.
“Orang kok gak pakai otak…” Gerutunya menjadi.
……………………………..
Suasana jadi hening beberapa saat.
Mobilpun kembali cekatan mencari celah untuk maju. Klaksopun makin riuh terdengar begitu traffic light menyala hijau sementara jalur belum kosong. Serta merta sopir tancap gas begitu deretan mobil depan mulai jalan.
“Tak keburu” batinku berkata setalah melihat di depan traffic light mulai berubah kuning…dan merah.
Namun taxi tetap kencang memburu.
Dan ….
Stuck ….. kami terkunci di tengah perempatan. Klaksonpun mulai nyaring mengkomentari keberadaan kami.
Aku lemas !!!
Rupanya dalam diri-diri kita, perubahan itu hanya slogan. Mimpi besar tanpa ada usaha. Diri kita hanya mau bersandar pada berubahan tanpa mau sejenak bercermin pada diri kita dan menjadikan diri kita sebagai pemimpin perubahan itu sendiri. Bahkan untuk hal yang sesederhana sekalipun …berdisiplin misalnya.
Suara klakson makin memekak.
Yang kutahu suara riuh ini bukan tepuk tangan penonton adeganku di panggung srimulat yang konyol ini. Aku tak perlu berbangga akan hal itu.
posted by kinanthi sophia ambalika @ 12/16/2004 11:14:00 AM - 2 comments
Panggung Srimulat 1
Mangga dua rasanya masih menjadi pilihan untuk membeli secara grosir. Tak bisa dipungkiri. Terlebih di Toko langgananku. Toko Cik Mei. Serba ada. Alat tulis mulai dari paper klip sampai papan tulis, dari tinta hingga sepeda motor wah. Gudangnya Cuma satu. Teleponnya!!! Apapun yang kita order. Telpon diangkat....beres.
Begitu turun dari mobil aku sudah memberi order yang jelas pada sopirku. “Aku cuma sebentar, jangan jauh-jauh parkirnya“ Akupun segera berlalu begitu pintu ditutup.
Di tempat Cik Mei aku perlu hanya mengulurkan daftarku, tunggu sebentar, barang ditulis dinota, di ambil dan di pak tinggal bayar. Praktis, singkat! Satu hal yang aku sukai dan tak kudapat di toko lain. Satu hal yang layak untuk dijadikan contoh dan bukan dijadikan satu kecemburuan. Terlebih kecemburuan sosial.
Aku mengangguk sekenanya karena ku yakin Cik Mei tak perlu jawaban ini.
Barang berat sudah diletakkan pembantu Cik Mei di tempat aku menunggu sopir, tipspun sudah diterimanya. Aku duduk di bangku panjang menerima teh botol dari tukang jual minuman langgananku sembari sibuk menelepon sopir. Jujur perutku sudah kenyang. Tapi hubungan antar relasi lebih berharga dari sebotol teh.
“Tutt...Tut.... telepon yang anda tuju tidak dapat dihubungi, silahkan.....” Suara manis diujung sana menyapa. Tentu ini bukan suara istri sopirku, Tapi suara Veronica. Pemilik suara merdu yang seringkali bikin jengkel. Cepat cepat kuputuskan.
Dua kali aku coba hingga 5 kali. Setengah jam aku tunggu hingga berlebih seperempat jam lagi. Habis sudah sabarku di seling komentar tukang jual minum tadi.
“Masih Belum dijemput mas?
“Blom”
“Ditelpon saja, car callnya susah”
“Sudah...nggak ada sinyal“
“ Memang parkirnya dimana“
“ Khan .... yang bawa mobil sopir tadi“
“Oh...kalau gitu sopirnya saja ditanya sekarang ada dimana?“
„Duh !!!“ Seperti dipanggung srimulat rasanya.
posted by kinanthi sophia ambalika @ 12/16/2004 11:10:00 AM - 0 comments
Sweet Message
Tuesday, December 14, 2004
Jika kamu memancing ikan...., Setelah ikan itu terlekat di mata kail, hendaklah kamu mengambil ikan itu.... Janganlah sesekali kamu lepaskan ia semula ke dalam air begitu saja...., Karena ia akan sakit oleh karena bisanya ketajaman mata kailmu dan mungkin ia akan menderita selagi ia masih hidup.
Begitulah juga setelah kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang...Setelah ia mulai menyayangimu hendaklah kamu menjaga hatinya.... Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja....Karena dia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapatmelupakan segalanya selagi dia, mengingatmu....
Jika kamu menadah air biarlah berpada,jangan terlalu mengharap pada takungannya dan janganlah menganggap ia begitu teguh.... cukuplah sekadar keperluanmu....Apabila sekali ia retak....tentu sukar untuk kamu menambalnya semula....Akhirnya ia dibuang....Sedangkan jika kamu coba membaikinya mungkin ia masih dapat dipergunakan lagi....
Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya....Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa....Anggaplah dia manusia biasa. Apabila sekali dia melakukan kesilapan bukan mudah bagi kamu untuk menerimanya....akhirnya kamu kecewa dan meninggalkannya. Sedangkan jika kamu memaafkannya boleh jadi hubungan kamu akan terus hingga ke akhirnya....
Jika kamu telah memiliki sepinggan nasi... yang kamu pasti baik untuk dirimu. Mengenyangkan. Berkhasiat. Mengapa kamu berlengah, coba mencari makanan yang lain.. Terlalu ingin mengejar kelezatan. Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya. Kamu akan menyesal.
Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seorang insan..... yang pasti membawa kebaikan kepada dirimu. Menyayangimu. Mengasihimu. Mengapa kamu berlengah, terus mencoba membandingkannya dengan yang lain. Terlalu mengejar kesempurnaan. Kelak, kamu akan kehilangannya apabila dia menjadi milik orang lain Kamu juga yang akan menyesal.
posted by kinanthi sophia ambalika @ 12/14/2004 04:53:00 PM - 0 comments
A lessson of Love
Hati Shinji sangat bahagia. Dia menghabiskan satu bulan berikutnya untuk mengubah pondoknya menjadi tempat tinggal yang nyaman. Dia membeli ranjang sederhana untuk tempat tidurnya di ruang duduk dan menata bekas tempat tidurnya agar pantas untuk seorang wanita. Gorden dari bekas karung goni yang menutupi kotornya jendela diganti dengan kain bermotif bunga dari bekas karung terigu. Di meja samping tempat tidur dia meletakkan wadah kaleng berisi bunga-bunga kering yang dipetiknya di padang rumput.
posted by kinanthi sophia ambalika @ 12/14/2004 04:46:00 PM - 0 comments
Mengapa Berteriak?
Monday, December 13, 2004
Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya; "Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?"
Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab;
"Tapi..." sang guru balik bertanya, "lawan bicaranya justru berada disampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?"
Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar Menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban yang memuaskan.
Sang guru lalu berkata; "Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan,jarak antara ke dua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak.
Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi."
Sang guru masih melanjutkan; "Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta?
Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Mengapa demikian?" Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya. Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban.
"Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan."
Sang guru masih melanjutkan; "Ketika anda sedang dilanda kemarahan,janganlah hatimu menciptakan jarak.
Lebih lagi hendaknya kamu tidak mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu.
Mungkin di saat seperti itu, TAK mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang BIJAKSANA. Karena waktu akan membantu anda."
posted by kinanthi sophia ambalika @ 12/13/2004 08:36:00 AM - 0 comments
Kekayaan, Kesuksesan dan Kasih Sayang
Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah dari perjalanannya keluar rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.
Wanita itu berkata dengan senyumnya yang khas: "Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti orang baik-baik yang sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut".
Pria berjanggut itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?" Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar". "Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali", kata pria itu.
Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi. Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya, "Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini". Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.
"Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama", kata pria itu hampir bersamaan. "Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran.Salah seseorang pria itu berkata, "Nama dia Kekayaan," katanya sambilmenunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, "sedangkan yang ini bernama Kesuksesan, sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya.Sedangkan aku sendiri bernama Kasih-Sayang. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu."
Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar. Suaminya pun merasa heran. "Ohho...menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan kekayaan."
Istrinya tak setuju dengan pilihan itu. Ia bertanya, "sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen ladang pertanian kita."
Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu. Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah. "Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Kasih-sayang yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Kasih-sayang."
Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka. "Baiklah, ajak masuk si Kasih-sayang ini ke dalam. Dan malam ini, Si Kasih-sayang menjadi teman santap malam kita."
Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu. "Siapa diantara Anda yang bernama Kasih-sayang? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini."
Si Kasih-sayang berdiri, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho.. ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta. Karena merasa ganjil, wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan. "Aku hanya mengundang si Kasih-sayang yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?"
Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan."Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Kasih-sayang, maka, kemana pun Kasih sayang pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Kasih-sayang, maka kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami berdua ini buta. Dan hanya si Kasih-sayang yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menjalani hidup ini."
posted by kinanthi sophia ambalika @ 12/13/2004 08:32:00 AM - 0 comments
Uniknya Pasangan Hidup
Friday, December 10, 2004
Saya baru menikah beberapa minggu yang lalu setelahsekian tahun lamanya saya bergumul dan berdoa kepadaTuhan mengenai siapakah pria yang akan mendampingihidup saya kelak. Kemudian doa saya dijawab Tuhan dengan tepatnya pada tanggal 14 February 2004 yanglalu saya menikah setelah sebelumnya menjalin hubungan selama setahun lebih dengan laki-laki yang sekarang menjadi suami saya. Lucunya, laki-laki yang saya nikahi adalah orang yang semula tidak saya sangka sama sekali akan menjadi suami saya, tapi saya percaya Tuhan memiliki rencanaNya sendiri yang indah dan mulia dengan menyatukan kami berdua.
Suami saya seorang insinyur, sama sekali bukan orang yang romantis tetapi penuh pertimbangan matang sebelum melakukan segala sesuatu. Contohnya dalam hal-hal pengeluaran keuangan pun dia sangat berhati-hati berbeda dengan sifat saya yang boros dan suka berbelanja. Juga dalam berbicara, dia orang yang cenderung bicara apa adanya, tanpa basa-basi dan hanya berbicara pada intinya, lagi-lagi berbeda dengan sifat saya yang ramai, ceria, suka bicara dan cenderung senang memanjang-manjangkan kalimat baru masuk kepada
inti pembicaraan
Tak jarang, perbedaan ini seringkali menimbulkan gesekan-gesekan kecil dalam rumah tangga kami. Tetapi kemudian saya menyadari betapa suami saya adalah seseorang yang sangat unik (mungkin yang paling unik) dari semua sahabat yang Tuhan pernah berikan kepada
> saya, dimana sekarang dia menjadi sahabat saya yang paling intim. Justru dari perbedaan yang kami miliki ini menjadikan kami berdua saling melengkapi satu sama lain karena saya tidak menikah dengan seseorang yang merupakan bayangan dari diri saya melainkan seseorang yang dapat menjadikan hidup saya lebih berkualitas dengan hidup bersamanya. Saya menyukai sifat suami saya yang sabar, penuh tanggung jawab, mandiri, jujur, penyayang dan terpenting takut akan Tuhan.
Tuhan kadang memberi sesuatu kepada kita berupa hal-hal yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Saya bersyukur melalui goresan pengalaman hidup akhirnya saya menikah dengan pria yang terbaik yang Tuhan beri, bukan orang yang sudah sempurna sehingga rasanya saya tidak layak mendapatkannya seandainya ada orang seperti itu dan saya yang terpilih menjadi istrinya. Akan tetapi seseorang yang tidak sempurna yang Tuhan beri untuk saya, namun disitulah keunikan rencana Tuhan sehingga kami berdua bisa saling mengisi, diproses, dibentuk untuk menjadi lebih baik lagi.
Tuhan kadang mempertemukan kita dengan orang-orang yang kurang tepat dimasa lalu, namun tak jarang kitapun mendapatkan banyak pelajaran baik dari teman, sahabat atau siapapun juga yang pernah hadir dalam kehidupan kita. Yakinlah, setiap orang yang pernah Tuhan ijinkan hadir dalam kehidupan kita pasti mendatangkan kebaikan bagi hidup kita sekarang atau
> masa yang akan datang, dimana pada saat itu mungkin kita belum menyadarinya. Pengalaman hidup mengajarkan pada saya untuk menghargai suatu cinta dan hubungan dengan sesama, dimana sekarang saya merasakan buah dari semua itu dalam hubungan saya dengan suami saya.
Percayalah bahwa makna terdalam yang ingin Tuhan berikan adalah bahwa Ia tidak mungkin menyia-nyiakan anakNya. Jika saat ini anda sedang bergumul mengenai pasangan hidup, sabarlah dalam penantian dan percayalah pada Tuhan yang akan memberikan yang terbaik pada anda. Dan jika orang yang anda nantikan itu sudah datang, bersukacitalah dan jangan pernah melepaskannya karena belum tentu kesempatan berikutnya akan datang. Tetap setia pada
Tuhan, lakukan apa yang menjadi keinginan hatiNya. Jika saat ini anda sudah memiliki pasangan hidup, syukurilah itu sebagai anugerah terbesar yang sudah Tuhan beri, dimana anda akan melihat seseorang yang merupakan tulang dari tulang anda dan daging dari daging anda. Anda akan melihat sebagian dari jiwa anda di dalam dirinya
posted by kinanthi sophia ambalika @ 12/10/2004 05:32:00 PM - 3 comments
Pygmalion
Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus. Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan tetangganya.
Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.
Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel.Tetapi Pygmalion berkata, "Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini."
* Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, "Kikir betul orang itu." Tetapi Pygmalion berkata, "Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu".
* Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, "Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya."
Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.
Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik. Kawan-kawan Pygmalion berkata, "Ah,sebagus-bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu." Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya. Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.
Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif.
Misalnya,
* Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.
* Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.
* Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.
Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion. Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif.
* Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes.
* Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.
* Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.
Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain. Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain. Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk.
Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk, kita akan menjadi curiga, "Barangkali ia sedang mencoba membujuk," atau kita mengomel, "Ah, hadiahnya cuma barang murah." Yang rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri.Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak bahagia.
Sebaliknya, kalau kita berpikir positif,kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, "Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita."........
Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai.
Kalau kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai.
Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik. Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan.
Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah. Seperti Pygmalion, begitulah.
MAKE SURE YOU ARE PYGMALION and the world will be filled with positive people only............how nice!!!!
posted by kinanthi sophia ambalika @ 12/10/2004 07:54:00 AM - 0 comments
Membahagiakan Orang lain
Ia dekati kakeknya yang tengah berjemur, lalu bertanya: ''Kakek, bagaimana penyakit asma Kakek hari ini?'' Si kakek menjawab dengan wajah kesakitan: ''Sedikit memburuk. Apalagi hujan deras yang turun semalamam. Kakek jadi sulit tidur dan napas semakin sesak.''
Keluhan itu diceritakan pada ibunya. Lalu ia kembali menagih cara membahagiakan orang. ''Sebentar, sayang. Sekarang dekati Kakek lagi, dan tanyakan apa hal yang paling lucu yang pernah kamu lakukan ketika kamu kecil dulu,'' ujar ibunya.Ia kembali ke kakeknya, dan minta diceritakan kisah paling lucu yang dialaminya, dulu. ''Oh,'' ujar kakeknya sambil tersenyum. ''Kakek pernah terpingkal-pingkal ketika kamu bermain dengan teman-temanmu di malam Natal. Kamu menumpahkan isi bedak di seluruh penjuru rumah dan menganggap itu salju. Karena kamu menganggapnya salju, kakek tidak perlu membersihkannya.''
Setelah itu, si gadis menemui ibunya lagi. ''Ibu dengar apa yang dikatakan kakek?'' tanyanya. ''Ya,'' ibunya menyahut. ''Kamu telah membuat kakek bahagia hanya dengan cara mengubah sudut pandang. Ya, satu kalimat saja darimu dapat membuatnya bahagia,'' si ibu melanjutkan.
Kisah di atas ditulis R.H. Wiwoho dalam buku Reframing. Kunci hidup bahagia 24 jam sehari. Reframing adalah upaya untuk membingkai ulang sebuah kejadian, dengan mengubah sudut pandang. Orang sering menyebutnya berpikir positif. Petik manfaatnya, ambil hikmahnya.
Maka, sesuatu yang negatif bisa tampak bermanfaat dan membahagiakan. Istri yang cerewet, misalnya, tentu ada sisi positif yang bisa dipetik. Sebab, menurut riset, kecerewetan itu membuat anak-anaknya cenderung punya kosakata lebih kaya dan variatif. Keras kepala itu, ''Sesuatu yang bisa menyelamatkan kehidupannya kelak. Bayangkan, betapa berharganya pelajaran Anda bila pada suatu saat anak gadis Anda diajak kencan pria yang bermaksud jelek. Dia akan menolak satu kali, 10, atau 1.000 kali dengan mengatakan 'tidak'. Karena dia keras kepala, sekali bilang 'tidak' akan tetap tidak selamanya,'' ujar si terapis.
Bum! Bankir itu tersentak. Seketika ia ''mengubah'' sudut pandang. Si anak sendiri tidak berubah. Dunia tidak berubah, tapi persepsi kita yang berubah. Walhasil, senangkah Anda punya anak keras kepala? Tentu saja senang, kalau konteksnya dia mempertahankan religiusitas, nilai- nilai moralitas, dan harga diri.
Memang, ada sisi rasional dan ada sisi spiritual. Ini kisah seorang ustad tentang seorang prajurit yang mengeluh bergaji kecil, sementara keluarganya menuntut sejahtera. Tapi ia tak sudi dijuluki ''batalyon 701'' alias datang pukul 07.00 untuk apel, setelah itu kosong karena ngobyek, dan pukul satu siang kembali untuk apel pulang.
Tuntutan ini diperparah oleh putra si prajurit yang minta dibelikan motor. Si ustad yang juga tentara itu menyarankan agar si prajurit mengolah saja lahan kosong di belakang asrama. ''Hasilnya bisa untuk kamu,'' katanya.
Oke. Kebun itu ditanami dengan semangka. Tiap hari disirami dan dirawat. Celakanya, begitu semangka mau dipetik, sekelompok babi hutan mengacak-acak. Ratusan buah semangka dedel-duel. Prajurit itu lemas, mau nangis. Cobaan hidup tiada habis. Sepertinya, Tuhan tidak merestui. Mau membahagiakan anak saja, kok, susah!
Berminggu-minggu ia membangun harapan, musnah semalaman oleh babi hutan. Menghadapi ''gugatan'' itu, si ustad melihat dari sini lain. Kegagalan panennya itu bukan bentuk kemurkaan Allah. ''Ini justru cinta Allah pada keluarga Bapak. Mahal mana, semangka atau anak Bapak,'' tanya ustad. Anak SLTP semata wayang itu tentu lebih disayangi.
''Seandainya buah semangka itu jadi dipanen, dan hasilnya dibelikan motor, apa tidak malah membuat repot? Motor ini pasti dipakai kebut- kebutan bersama teman-temannya,'' kata si ustad. Motor itu bisa mencelakainya. Mulut bapak dan anak itu seakan terkunci. Gugatannya pada Allah jadi cair.
Hidup ini memang pilihan. Bahagia atau sengsara juga pilihan. Namun rasanya lebih sreg bila bukan hanya disikapi dari sisi rasio, juga spiritual yang melibatkan nurani. Insya Allah menuai berkah.
posted by kinanthi sophia ambalika @ 12/10/2004 07:51:00 AM - 0 comments
Seribu Hari Sabtu
Thursday, December 09, 2004
MANY HAPPY YEARS AFTER YOU LOSE ALL YOUR MARBLES.
Makin tua, aku makin menikmati Sabtu pagi. Mungkin karena adanya keheningan sunyi senyap sebab aku yang pertama bangun pagi, atau mungkin juga karena tak terkira gembiraku sebab tak usah masuk kerja. Apapun alasannya, beberapa jam pertama Sabtu pagi amat menyenangkan.
Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku ke dapur dengan Membawa secangkir kopi hangat di satu tangan dan koran pagi itu di tangan lainnya. Apa yang biasa saya lakukan di Sabtu pagi, berubah menjadi saat yang tak terlupakan dalam hidup ini. Begini kisahnya.
Aku keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara Bincang-bincang Sabtu Pagi. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara emasnya. Ia sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang di telpon yang dipanggil "Tom". Aku tergelitik dan duduk ingin
mendengarkan apa obrolannya.
"Dengar Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjamu. Aku yakin mereka menggajimu cukup banyak, tapi kan sangat sayang sekali kau harus meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit kupercaya kok ada anak muda yang harus bekerja 60 atau 70 jam seminggunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menonton pertunjukan tarian putrimu pun kau tak sempat".
Ia melanjutkan : "Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang yang harus kulakukan dalamhidupku". Lalu mulailah ia menerangkan teori "seribu kelereng" nya. "Begini Tom, suatu hari aku duduk-duduk dan mulai menghiitung-hitung. Kan umumnya orang rata-rata hidup 75 tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya kan sekitar 75 tahun. Lalu, aku kalikan75ini dengan 52 dan mendapatkan angka 3900 yang merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang selama hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak ke hal yang lebih penting".
"Tahu tidak, setelah aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail ini", sambungnya, "dan pada saat itu aku kan sudah melewatkan 2800 hari Sabtu. Aku terbiasa memikirkan, andaikata aku bisa hidup sampai 75 tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar 1000 hari Sabtu yang masih bisa kunikmati". "Lalu aku pergi ketoko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu,akku selalu ambil sebutir kelereng dan membuangnya".
"Aku alami, bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng itu menghilang, aku lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang betul-betul penting dalam hidupku. Sungguh, tak ada yang lebih berharga daripada mengamati waktumu di dunia ini menghilang dan berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala prioritas hidupmu". "Sekarang aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan mengajak keluar istriku tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku befikir, kalau aku sampai bertahan hingga Sabtu yang akan datang, maka Allah telah memberi aku dengan sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan dengan orang-orang yang kusayangi".
"Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!"
Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarumpun bisa terdengar! Untuk sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu.Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.
"Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan". "Lho, ada apa ini...?", tanyanya tersenyum. "Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada yang spesial", jawabku, "Kan sudah cukup lama kita tidak melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak ? Oh ya, nanti kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh beli kelereng."
posted by kinanthi sophia ambalika @ 12/09/2004 08:01:00 AM - 0 comments
Vitamin Jiwa
Pertama kali mendengar buku dengan judul Chicken Soup for the Soul, tidak ada satupun kesan khusus yang membuat saya tertarik dengan buku ini. Namun, begitu menemukan ada banyak sekali penulis, pembicara dan konsultan kejiwaan yang mengutip buku ini, saya coba untuk membaca buku ini secara cepat di toko buku. Eh, malah tertarik dan keterusan sehingga membeli seluruh seri buku ini.
Ada banyak cerita dan pengalaman menarik, ditulis oleh banyak sekali manusia yang mau berbagi pengalaman kehidupan. Sungguh, disamping gaya bertuturnya yang tidak menggurui, buku ini banyak memberi vitamin terhadap jiwa saya. Ada sebuah cerita yang mengendap terus di benak saya sampai sekarang.
Seorang anak yang merasa memberi terlalu sedikit untuk sang Ibu selama hidup, suatu hari datang ke panti jompo tempat sang Ibu dititipkan untuk pertama kalinya. Menyadari bahwa salah satu kesenangan Ibu ini adalah memakan es krim, maka dibawa sertalah beberapa es krim. Karena umur yang demikian tua, Ibu terakhir sudah tidak mengenali siapa-siapa. Kendati diajak bicara dengan suara keras sekalipun, ia tidak akan dengar.
Sesampai di panti jompo, sang anak memperkenalkan dirinya bahwa ia adalah puteri bungsunya. Sebagaimana jawaban ke setiap orang yang datang, Ibu ini hanya bisa menjawab tersenyum. Ketika es krim diletakkan ke tangan sang Ibu, langsung saja ia memakannya penuh kenikmatan. "Senang sekali rasanya melihat Ibu enak memakan es krim pemberianku", demikian anak ini menulis. Beberapa menit setelah es krim ini habis, sang Ibu menoleh ke anaknya sambil berucap lirih: "Betapa nikmatnya hidup ini jika saya memiliki seorang puteri sebaik Anda". Dengan air mata yang tidak bisa ditahan, pemberi es krim tadi pergi ke toilet sambil menangis.
Dan yang membuat cerita ini mengharukan, sesaat setelah kembali dari toilet sang Ibu sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Cerita riil ini, sangat menggugah jiwa saya. Dengan penuh rasa syukur pada Tuhan, saya sangat beruntung membaca kisah ini tatkala Ibu kandung dan Ibu mertua masih hidup dan bisa mengenali anaknya.
Sebagai manusia biasa, kedua Ibu yang amat berharga bagi saya ini, memang mempunyai banyak kekurangan. Salah satunya malah buta huruf seumur hidup. Namun, setelah membaca cerita di atas, saya berjanji dengan diri sendiri untuk memberikan sebanyak mungkin yang saya punya, kepada dua orang Ibu ini.
Saya tidak tahu, apakah jiwa Anda tergugah atau tidak dengan cerita di atas. Akan tetapi, sebagaimana tubuh fisik kita, yang membutuhkan sejumlah vitamin agar bisa hidup sehat, jiwa kita juga saya kira membutuhkan vitamin dalam wujud yang lain.
Buku harian saya sebagai konsultan manajemen SDM, mencatat beberapa hal yang mungkin bisa berguna bagi Anda.
Pertama, ada beberapa tempat dan kejadian dalam kehidupan yang bisa memberi vitamin pada jiwa. Tempat pertama adalah rumah sakit. Di rumah yang sebenarnya tidak sehat ini, sering saya bertemu dengan orang-orang dengan beban kehidupan yang amat berat. Setiap kali mau makan makanan enak, meminum minuman lezat, atau menghumbar banyak nafsu, memori saya tentang rumah sakit bisa menjadi rem yang amat pakem.
Tempat kedua yang sama pentingnya adalah kuburan. Setiap kali lewat di tempat peristirahatan terakhir ini, saya diingatkan bahwa setiap orang akan terbaring tanpa daya di situ. Ini juga rem kejiwaan yang amat pakem. Terutama karena diingatkan akan "tabungan akhirat" saya yang masih perlu ditambah.
Disamping tempat, ada dua kejadian yang bisa memberi vitamin lumayan pada jiwa yakni kematian dan kesulitan hidup. Kematian siapapun, sebagaimana kita rasakan, memberi refleksi ke yang masih hidup, bahwa manusia semuanya akan tamat riwayatnya. Stephen Covey pernah memberikan pertanyaan yang amat menggugah di sini: "Anda mau dikenang sebagai manusia macam apa?"
Sama mujarabnya dengan kematian, kesulitan-kesulitan hidup sebenarnya juga sejenis vitamin jiwa. Saya pernah mengalami jiwa yang amat tersiksa ketika tinggal numpang di rumah saudara. Perlakuan anaknya yang demikian kasar, membuat saya bertekad agar kejadian yang sama tidak terulang di rumah saya oleh siapapun kelak.
Kedua, ada sejumlah organ dalam tubuh kita yang sebaiknya dibuka agar vitamin jiwa bisa masuk. Ken Blanchard dalam jurnal Personal Excellence edisi Juli 1998 menulis: "A Person's mind is like a parachute: unless it is open, it doesn't function." (Benak manusia seperti parasut: hanya berfungsi jika terbuka). Kepala, telinga, perhatian dan mata - sebagian dari unsur-unsur mind - adalah kumpulan organ yang sebaiknya dibuka buat orang dan ide lain. Manusia-manusia yang mind-nya tertutup, tidak saja egois, miskin teman dan mudah stres, namun mungkin sekali memiliki jiwa yang kering.
Ketiga, seorang wanita yang amat berpengaruh dalam kehidupan saya, mengajarkan untuk banyak memaafkan dan memberi tanpa meminta imbalan. Harus saya akui, belum sempurna memang. Akan tetapi, ada banyak sekali species stres yang lenyap dari kehidupan saya begitu sesaat sebelum tidur memaafkan siapa saja yang pernah salah, dan belajar mengingat yang baik-baik saja dari setiap orang. Saya memang masih jauh dari sempurna. Wika puteri saya bahkan sering mengritik saya. Tetapi, sebagaimana tubuh yang membutuhkan vitamin setiap hari, bukankah jiwa kita juga memerlukannya?
posted by kinanthi sophia ambalika @ 12/09/2004 07:56:00 AM - 1 comments