Il Divo, Diva-Diva Lelaki

Tuesday, June 13, 2006

By Sam (12062006.15.41)
Renungku


Musik tak ubahnya simbolisasi bahasa dengan menata simponisasi suara ucap maupun alat. Pada aku bahasa musik itu sangatlah sumbang dan awam. Tak banyak musik pop terkini yang menggelantung merdu di benakku, sebaliknya nada dan ritme pinggiran, rumit dan tidak jaman malah seringkali mengakar dan menghanyutkanku. Tak ada antipati musik di telingaku tapi rasa memaksa rock, hip-hop, tekno, rap dan segala turunannya terpinggirkan. Boleh jadi malah musik tabla india, siter dan rebab gamelan jawa, kecapi oriental, atau denting serta gesek musik instrumentalia lainnya terasa lebih masyuk mengusik. Termasuk juga orkestra klasik! Al hasil rentetannya banyak hal klasik yang hapal diluar kepalaku mulai dari epos-epos Arjuna Wiwaha, Ramayana, Mahabarata, Shakuntala, Sin To Hiap Lu hingga To Tiong To. Semua bermuara karena aku menikmati musiknya saat melihat pertunjukkannya.

Musik Klasik dunia yang diwakili oleh karya bule seringkali dibesut lewat media opera dan orkestra. Musik “sulit” ini tumbuh dan mengakar pada pangsa ceruk yang sempit. Belakangan menjadi trend dunia untuk menalikan budaya klasik yang berat dengan budaya pop yang lebih populer lebar pasarnya hingga melahirkan karya-karya Bethoven, Mozat maupun Chopin dalam kemas baru yang lebih nikmat dirasa oleh mata maupun telinga. Vanessa Mae dan Bond membawa musik klasik dalam hentak pinggul, gairah dan feminimitas yang tak pernah ada dijaman jaya Trio Tenor yang digawangi Pafarotti. Kerijitan musik klasik yang terpakempun mulai dipudarkan oleh era solis generasi baru seperi Russel Watson dan Josh Groban bahkan oleh guru mereka yang mempunyai tergelar salah satu pemilik suara terindah di dunia - Andrea Bocheli. Tampillah kini musik-musik klasik yang lebih terasa segar membumi dan “Njamani”.

Photobucket - Video and Image Hosting

Il Divo merupakan fenomena tersendiri dalam alur musik klasik. Kuartet yang diperkuat harmonisasi berkonsep Tenor-Bass ini mengusung 4 pria berlain ras (Urs-Swiss, David-USA, Sebastien-Prancis, dan Carlos-Spanyol) yang terjaring lewat kompetisi ketat. Lahir dari besutan tangan dingin si Icon American Idol – Simon Cowell, kwartet ini telah menorehkan catatan manis di awal karir mereka. Debut mereka bertajuk Il Divo laris 5 juta copy dan menjadi top hit di 13 negara dan berada di top 5 di 25 negara lainnya. Prestasi luar biasa! Dari 3 Album Il Divo(2004), Chrismast Collection(2005), dan Ancora(2006) hanya edisi Chrismast saja yang tidak release di Indonesia. Menariknya di dua album yang release di Indonesia Il Divo mengemas lagu-lagu pop menjadi orkestra menarik disamping nomor-nomor klasik seperti Ame Maria, Pour Que tu A’imes Encore. Lagu Hero (Mariah Carrey), Unbreak My Heart (Tony Braxton) hingga All By My Self (Mariah Carrey) dan My Way (Frank Sinatra) indah terlantun dalam bahasa latin yang pekat di 2 keping CDnya yang berkemas B&W, simple dan elegan (Lengkapnya bisa di lihat di SINI) Pantaslah sebutan Il Divo disandang sebagai diva-divanya lelaki.

Dalam rasa musikku yang sumbang Il Divo menempati track yang aspiratif dan berjiwa. Memberikan media bahasa yang mampu merentangkan emosiku dari kunci ke kunci dalam keselarasan. Sayang sekali, meski jadwal tour Il Divo terbilang padat tak ada tour yang dilakukan di asia. Apalagi Negri ini. Bisa jadi musik klasik masih terbilang belum bisa dinikmati di sini secara luas dan awam ditelinga karena adanya nada-nada mayor baik karena performanya maupun bagaimana adab menontonnya yang tentu beda dengan menikmati musik biasa. Salut teracungkan pada beberapa orkestra Indonesia yang konsisten mengusung musik ini seperti Twilite Orkestra-Adi MS. Meski Tak populer tapi mereka konsisten dengan ceruk yang mereka genggam.

Satu gelitik di pikiranku tak adakah musisi kita yang mampu menggebrak musik dunia dengan ketradisionalan kita. Bukan sebaliknya berbondong meninggalkan bahasa suara yang dipandang “Tak Njamani” apalagi komersil ini karena kesempitan ceruknya. Adakah dari kita yang cukup kreatif sehingga bisa menganggkat beribu ketradisionalan bahasa bunyi ini menjadi sesuatu yang Internasional. Tak usah pesimis. Musik Bluess, Jazz, Rumba pun dulunya berasal dari musik etnis. Untuk pemikiran ini sedikit kita berpaling ke Anggun dengan tunduk salut atas Label Indonesianya yang masih terajut erat di ujung kerahnya meski dia bukan milik kita semata. Namun telah jadi milik dunia. Setidaknya Anggun tidak lupa membahasakan kreatifitasnya dalam khasanah klasik milik bangsa sendiri. Bagi mereka kita patut menyebutnya Diva dan Divo sesungguhnya!

posted by kinanthi sophia ambalika @ 6/13/2006 07:58:00 AM -

13 Comments:

Blogger We - win said...

Terus terang aq sendiri kenal Il Divo belum lama.....pertama yang aq lihat nih cowo2 ok banget di pandang...hehehe....pas mendengar suaranya itu loh, wah menggetarkan hati gw....makanya gw kecewa banget ketika open ceremony WC 2006 tidak di tayangkan...gw pengen melihat performance nya Il Divo secara live.....Sam gw dukung loh bikin resensi Il Divo, kabar2 ya.....^_^

8:46 AM  
Blogger ime' said...

mmm... aku baru tau tentang il divo pas ada berita yang bilang kalo'lagunya world cup bakalan dinyanyi'in sama il divo ama tony braxton.

kesan pertama? suara mereka opera sekali yaahhh :P bervibra abis :D

gue memang nggak terlalu suka klasik, gue lebih suka lagu yang nge-jazz :P easy going banget dan soul-nya lebih kerasa *menurut gue lhooo :D* atau mungkin karena gue jarang banget dengerin musik klasik??? :D

10:03 AM  
Anonymous Anonymous said...

aku suka banget ama Il Divo ini...suka berebut cari-cari buat didowload ama si boss di kantor

-gita-

11:14 AM  
Blogger nl said...

il divo..? DAHSYAT..!!

11:50 AM  
Blogger Sisca said...

Mas Sam, Il Divo memang berada di puncak kejayaan. Saya kurang tahu apakah mereka akan nyanyi di hari musik yg jatuh di awal summer time.

Btw, Indonesia perlu berterima kasih pada ANGGUN, dia membawa negeri kita tenar dimata dunia.

4:08 PM  
Blogger Yunus Idol said...

gue cuma tau kalo Il Divo pernah nyanyiin lagunya Toni Braxton... lumayan menyegarkan. Selain lagu itu, gak tau lagi mereka nyanyi apa.. tapi, berhubung gue suka musik klasik, ya, mungkin aja gue akan suka...

4:35 PM  
Blogger L. Pralangga said...

Kemaren sempet beli si CD Ildivo saat cuti ke JKt, cuman pas diapsangsaat jam kerja - kok kayak orang yang sakit gigi yah :)

Anyhow, lagu2nya bagus2 kok - cocoknya pas santai lepas kerja..
----------------
Sam, I've gotta say that your photo angle are getting sharper. Cool model, indeed!

12:40 AM  
Blogger Imansyah said...

Siapa sih Il Divo? Cari ahh.. :p

9:41 AM  
Blogger Iwok said...

asyik! ngga nyesel beli CD-nya.

4:02 PM  
Blogger babble-O said...

Aduhh...
Susah deh music-nya...!!
Hehehe,...

5:21 PM  
Blogger Lili said...

ini group yg pernah kolaborasi sama salah satu band Indonesia bukan yaa?

suaranya emang keren abis..

Ttg photo2 pre-wed..bagus banget deh

7:34 PM  
Blogger retnanda said...

wah sam.. gimana kalau kamu jadi sponsor untuk bikin album yang njawani eit ngindonesiani biar go internasional. sptnya sdh ada kok yang pernah bikin.. itu lho suaminya ita purnamasari.. bikin pake ada instrumental tradisional nya segala.. but.. memang mungkin gaung promo albumnya ndak sedahsyat il divo...
bagaimanapun.. kemasan album, dan promosi juga ngaruh... ya to?

2:38 PM  
Blogger dodY said...

iL diVo memang keren bgt, mas! aku paling suka ama lagu: paserra. goshh... that song kills :-)

7:22 PM  

Post a Comment

<< Home