Menaikkan Spoonge Bob Di Monas
Monday, May 15, 2006
By Sam (15052005.12.32)
Langkahku
“Ke Monas, kagak salah? … Udik banget sih?”
Nada sumbang mempertanyakan. Itulah selalu terngiang. Jawaban yang bisa ditebak bila dilontarkan ajakan pada kebanyakan warga ibukota ini untuk pergi Monas. Tak hanya itu, mungkin antipati untuk ke sanapun makin terasa. Monas telah jatuh dipandang dengan sebelah mata, jatuh di bandrol sebagai taman hiburan rakyat yang tidak se-elit atau se-asyik Ancol atau plaza-plaza yang tercecer di Jakarta. Wajar bila Monas kebanyakan hanya dinikmati oleh kalangan bawah, siswa-siswa diluar jakarta atau pasangan-pasangan yang membutuhkan ruang publik dengan “privacy” fulgar. Meski Monas telah dipagar tinggi, dan ditata rapi bahkan banyak peninggalan sejarah tak ternilai yang tersimpan di sana, tapi semua itu masih kurang untuk menempatkan monas sebagai daya tarik. Termasuk juga menarik minatku. Lima tahun tinggal di kota ini tapi belum sekalipun aku naik Monas. Satu-satunya kesempatanku ke Monas saat mengantar teman dari udik yang memaksa ditemani ke sana. Itupun jauh diluar pagar!
# # # # # #
“Naikin-naikin!”
Layang-layang bergambar Sponge Bob yang ngotot aku pilih dengan menukar uang 2 lembar ribuan itu meluncur ringan, terbang terikat benang jahit yang makin panjang aku ulurkan. Aku tergirang! Selama hidup baru sekali ini aku bisa menaikkan layang-layang. Berjingkrak, berlari dan kuputar-putar benangnya dengan senang. Iye yang tergelak dengan tingkahku mulai ikutan mempermainkan layang-layang itu sesekali ditarik kencang dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Hebatnya layang-layang kecil itu tetap stabil karena angin cukup kuat menghembus. Sementara Mamat masih sibuk meng-otak-atik kameraku untuk mengambil obyek yang sekiranya menarik dimatanya. Tak sangka semua ini kami lakukan di dalam kawasan Monas!
Ide seketika saja, saat tiba-tiba aku merencanakan pergi ke Monas selepas kehebohan belajar masak dimsum, soup shabu-shabu dan nugget tahu di rumahku Sabtu sore lalu. Berbekal kameraku kami bertiga tiba di gerbang dekat stasiun Gambir denga niat mengambil photo-photo indah. Aroma kotoran kuda langsung menyambut kedatangan kami demikian pula berpuluh pasangan mesra yang mengambil tempat-tempat strategis di bawah pohon langsung membuat semangat kami turun terlebih saat aku lihat awan putih terpendar rata yang sama sekali tak menarik untuk mendapatkan photo bagus. Akhirnya kamera lebih banyak aku serahkan ke Mamat. Selebihnya kami mencoba mengeksplore Monas! Memasuki sudut-sudutnya! Siapa tahu ada hal menarik yang bisa memikat hati kami.
Luar Biasa! Benar kata orang. Tak kenal maka tak sayang. Ternyata Monas banyak menyimpan hal-hal unik yang selama ini tak pernah kita tahu. Meski kami hanya menyelusuri taman sebelah selatan dan barat, jauh dari podium Monas karena ramainya pengunjung yang antri masuk tapi kami cukup puas dengan banyak hal menarik disana. Disini kami bisa mendapati taman refleksi dimana jalur-jalur kecil berbatu dibuat untuk terapi pijat kaki berkelok memutari taman, tempat penangkaran rusa yang didatangkan dari Ragunan dan Istana Bogor, berbagai pohon-pohon langka dari berbagai propinsi di Indonesia di bagian selatan tepat mengarah ke Kantor Gubernur, patung-patung dengan bangku-bangku bertebaran, taman bermain bahkan juga kandang-kandang merpati di sisi barat dan yang terbaru adalah air mancur menari.
Air mancur ini memang tidak sebesar yang ada di pulau Sentosa-Singapore demikian juga dengan podiumnya namun letaknya yang tepat di sebelah barat Monas menghadap Musium Gajah terasa bersih, indah dan terawat. Beberapa Loudspeaker diletakkan bertebaran mengitari kolam di box-box berbentuk silinder sebagai pengiring lagu. Podium penonton di letakkan di kanan kiri kolam dipayungi pohon-pohon beringin yang berjajar di kedua sisinya. Terlihat sepasang calon pengantin mengadakan photo session prewedding disana. Ah! Tak sangka Monas sebenarnya indah! Gratis lagi masuknya!.
Sayang sekali kami tak bisa lama. Magrib segera datang. Sementara untuk menunggu, jadwal pertunjukan Air Mancur Menari baru akan mulai jam 07.00 pm nanti. Kami segera berkemas sambil menandai tempat-tempat yang menarik untuk photo session nantinya bila kembali. Kami tinggalkan Monas yang masih berkutat dengan image lamanya, yang masih harus banyak berbenah untuk menunjukkan jati dirinya. Sepertinya tak ada upaya lain yang harus dilakukan kecuali berupaya menaikkan Monas seperti layang-Layang spoonge Bobku. Menaikan setinggi dia capai untuk mengangkat image Monas lebih dari sekedar tempat hiburan rakyat. Mengangkat dan mengembalikan Monas sebagai Landmark Ibukota sebuah negara. Lambang identitas yang dibanggai bukan yang dihindari. Terlebih dicibiri karena lebih identik dengan tempat demonstrasi dan kemesuman muda-mudi!
posted by kinanthi sophia ambalika @ 5/15/2006 02:22:00 PM -
11 Comments:
Hehehe, saya yang dulu udah tinggal di Jakarta selama puluhan tahun, seumur-umur belum pernah jalan-jalan di daerah Monas, apalagi naik ke atas menaranya.
he he he he he, memori masa kecil.
huhuh brarti kalo ke Monas udik ya?? huhuhu akyu kan kemaren ke sana :P. eh mas, kalo harus kenal dulu baru sayang..kek na kurang setuju deh.. bukankah kita harus sayang ke semuanya tanpa terlebiih dulu harus kenal ? heheh
yeee...
baru tahu ya sam?
sama dong kasusnya... aku ke sana pas nganterin ponakan ponakan naik ke puncak monas...
not so bad kok....
untuk ukuran Jakarta..
..
lumayan kalau mau cari tempat refreshing biaya ringan...
mmm... gue juga udah tinggal di jakarta sejak gue kelas 3 sd. waktu itu, karena rumah yang sekarang masih direnov, tinggal di wiperti sebelah gambir. jadi dari kecil, sering liat monas, tapi belum pernah naik ke atasnya...
sekarang, udah kerja, karena gue suka banget jalan kaki, gue jalan dari kantor lewatin monas. liat rusa, liat megahnya monas, liat keindahannya... walaupun cuman berjalan di luar, dimana pemandangan gue terhalau pagar, tapi gue tau persis, monas itu indah banget...
*terkadang terkontaminasi sama orang-orang yang 'haus' privacy, sampe 'privacy'nya kelewatan... kelewatan sampe' gambir, maksudnya :D*
kalo' ke atas monas, ajak-ajak yah ;)
wah beneran ya, kmaren sy liat tayangan tipi 'kejar rejeki' yg lokasinya di seputar monas. dah beda bgt, byk tempat2 asyiknya, salah satunya ya maen layangan itu.
hehe, ngebayangin sam jingkrak2 maen layangan :D
-YNa-
mengenang masa kecil yaaa? :-)
halah yang dimabok cinta ... ck ck ck ....
Drunken master of love ... cieeee ...
-nien&dodski-
pernah ngejar layang-layang putus ndak mas ? :D
ke monas sore-sore terus udah gitu duduk di rumput sambil menikmati jajanan gorengan dan lain-lain sama almarhum Bapak dan kakak-kakak yang lain ..
menikmati prj waktu masih di monas ..
well, gimana pun buruknya monas, tetap it's the landmark of jakarta :-)
menurut sahibul hikayat, kalo liat puncak emas monas dari teras istana maka akan tampak bentuknya seperti seorang wanita sedang menari ...
Hmmm...Kenangan yg indah berjalan2 di arena Monas, masih terus kugengem..dua tahun begitu cepat berlalu, tapi memory yg tertancap di sana, akan selalu ada, ketika saya kembali kelak..:)
Duhh...jadi ingat lagu bermain layang2.
Post a Comment
<< Home