Perlu Susu di SCTV MA 2005

Sunday, May 29, 2005

By Sam (2852005.22.43)
Image hosted by Photobucket.com

“Woii … sudah dimana?”

Kembali Nita Sellya mengirimkan smsnya ke HPku, ini untuk ke 3 kalinya. Bisa aku bayangkan ibu satu ini pasti sudah BT habis menunggu kami di Plasa Senayan. Setidaknya dia telah menunggu mulai pukul 18.45 tadi padahal sekarang sudah hampir jam 20.00. Tapi apa mau dikata. Akupun sudah jenuh berada di dalam mobil dengan alasan klasik, macet!

Aku mengenal Nita (blogger juga) saat Mamato (http://semuatentangmamat.blogspot.com) merekomendasikan aku untuk mengisi acara Bincang Profesi di radio ARH FM, satu acara yang di arrange olehnya setiap minggu. Aku memaparkan profesiku sebagai trainer dalam acara berdurasi 2 jam tersebut. Saat itu pula Nita menawarkan ticket menonton SCTV Music Award 2005 bersama beberapa rekan. Meski aku kurang menyukai berada di kerumunan, meneriaki pesohor dan berdesak diantara emosi histeris toh akhirnya aku terima juga tiket itu. Alasan sederhana bukan karena pujian Nita atas suaraku yang microponist membuat PD-ku setingkat lebih tinggi (* ehem-ehem, tapi aku pikir ada saat pertama untuk segalanya. Termasuk juga merasakan sesaknya ditengah kepadatan.

Perjuangan malam ini membawa kami terkumpul ber tujuh (aku, Nita, Mamato, Asri~penyiar handal ARH, Emil~Adviser Bumiputra Syariah, Woro~Agency periklanan, dan Arik~
http://houseofarik.blogspot.com ). Saat menuju tempat acara kami ber 6 + sopir memadati Honda Jazzku yang kecil, seperti ikan dalam kaleng sarden posisi kami bertujuh didalamnya. Hasilnya kami tak cukup bernyali untuk turun di depan gedung. Demi jaga gengsi! Dan kami harus kembali rela dibanjiri keringat untuk bisa masuk ke Istora Senayan tempat perhelatan berlangsung. Kamipun akhirnya terbawa arus hingga tengah arena tepat beberapa meter dari panggung. Tak ada tempat duduk tentunya, dan aku lebih memilih bertahan di sana daripada di tribun yang tentunya tak leluasa bagi aku untuk ambil gambar. Acara menunggu yang membosankan ini langsung berubah jadi acara yang memalukan karena seketika pula kami telah berpose-pose sendiri di depan kamera digitalku. Apa itu aneh? Mungkin tidak bagi kami yang telah bertebal muka. Atau tepatnya kami yang lebih nekat disebut selebriti dadakan.

Tak berapa lama Project Pop membuka acara dengan aksi heboh mereka. Makin dekat jarak kami ke panggung dan makin sesak bagi aku untuk bisa merasakan hawa segar. Session demi session mengalir agak dipaksakan. Nirina dan Tora terlampau berat membawa acara yang secara keseluruhan kurang terasa gregetnya. Tak hanya pendukungnya yang kurang bisa membawa aura kenikmatan dalam bermusik tapi juga materi acaranya yang jauh dari kata “ngetop” untuk acara sekelas award. Bagaimana tidak untuk setiap katagori tak lebih dari 2 nominasi ditampilkan. Seakan memilih jawaban benar-salah di kertas ulangan. Semua pemenang, gampang untuk diprediksikan.

Namun ada greget-greget kecil yang sempat aku rekam di kamera saat Krisdayanti, elo, ariel-peterpan, Ira swara juga kehebohan inka cristi dan serious berlaga menarik uray leher. Oleh-oleh kecil yang kuambil daripada terbengong ditengah kegaduhan. Ibarat bicara mengenai menu sehat, acara ini bener-bener kurang sempurna karena tak adanya susu disana.

Mungkin acara malam ini kurang memuaskan aku tapi kali ini aku bisa dibuat tak bisa berbicara karena begitu banyaknya photografer lepas dengan senjata kamera digital SLRnya lengkap dengan tele kameranya. Pemandangan ini sulit bagiku untuk bisa nahan ludah tertelan. Bisa dikata daripada kamera semi SLRku pasti hasil gambar yang mereka dapat akan jauh mendekati sempurna, meski penerangan panggung minim dan penyanyi seakan tak berhenti bergerak. Mau diapakan lagi karena bagiku masih harus menggantungkan mimpi untuk memiliki kamera jenis itu sebagai alat berburuku.

Dan lambat laun aku kembali menyadari bahwa lelah di kakiku bukan melulu karena aku harus berdiri beberapa jam tapi lebih pada kebiasaanku untuk berjinjit sambil melongok kesana-kemari ke arah panggung diantara sela jubel kepala dan tangan penonton yang dinaikkan. Duh ... inilah dukanya berbadan kecil. Aku jadi tertawa karena ternyata bukan acara ini saja yang kurang susu, tapi juga ... aku! Bila ingat salah satu iklan susu yang bicara mengenai pertumbuhan , tertampar rasanya kondisiku saat ini.

Belum usai acara kami putuskan untuk meninggalkan tengah arena, dengan membentuk barisan ular panjang. Pulang? Rasanya tidak. Baru jam 23.00! kami putuskan mengisi perut dan memperpanjang malam di Menteng tempat bazar makanan tergelar tak ada henti. Dengan semangat perjuangan yang kembali berkobar aku mengangguk cepat usulan ini, bayangku ada segelas susu disana.

Mungkin sudah terlambat bagi pertumbuhanku tapi bagi kebersamaan malam ini ... rasanya baru satu permulaan!



posted by kinanthi sophia ambalika @ 5/29/2005 12:33:00 AM -

3 Comments:

Blogger naanaaa said...

hhmm... emang sudah terlambat sih ya, tapi ndak papa kalo sekarang udah sadar, tetep mimik cucu cupaya tulangnya ndak cepet keropos... :D udah di atas tiga puluh kan ? hehehe...

12:28 AM  
Anonymous Anonymous said...

Sam, loe gak persis dibawah para penari latar yg waduhhhh sexy nya minta ampun itu kan ???

*jereng mode on*

Way

11:11 AM  
Blogger retnanda said...

wah.... hehehehe..
ndak papa sadarnya sekarang...
minum susu mulai sekarang di giat in lagi
drpd spt iklan....yang...
"minggu pagi...... matahari bersinar cerah..." (tahu ndak iklan yang itu sam?)..tahu tahu.. bruk... nanti tua jadi tuyuk tuyuk.. ndak papa lagi minum susu since now.

3:32 PM  

Post a Comment

<< Home