Pre B'day Syndrom
Thursday, April 14, 2005
Dalam hitungan kalender memang masihlah beberapa minggu lagi ... di awal bulan depan malah, seharusnyapun tak perlu kuanggap istimewa karena hari itu akan sama dengan hari lain. Masih tergenapi 24 jam, terbagi siang dan malam dan terisi kerutinitasan kegiatan yang taklah beda dengan hari lain. Sedikit yang membedakan bahwa hari itu berpuluh tahun lalu Tuhan mengijinkanku mempelajari dunianya. Sehingga sepatutnya hari itu masuk tercatat dalam isian pribadiku macam KTP atau pertanyaan di verifikasi kartu kreditku. Itu saja.
Nyatanya beberapa rekan tak setuju dan mengingatkan betapa berartinya hari itu. Setidaknya dari hari kelahiran akan bisa diprediksi sifat, perilaku malah lebih jauh lagi bisa diketahui garis hidup masing-masing ... wah!. Hingga terlihat betapa uniknya diri kita dari orang lain. Betapa beragamnya kombinasi hidup kita hanya karena adanya perbedaan jam, hari, pekan, bulan, wuku bahkan tahun kelahiran. Aku tak ingin berfikir serumit itu. Sederhana saja keberadaanku cukup aku syukuri setidaknya inilah buah cinta mereka yang melahirkanku ... setidaknya keberadaanku merupakan hal yang diinginkan! Suatu legitimasi yang pantas untuk menentramkan diri.
Sejauh ini satu dua sahabat telah ada yang mempertanyakan hal yang lumrah dan menggelitik seperti “Jadi nih makan makannya di rumah elo, masak ya!” atau “Sudah diputuskan di Thai & I atau Chatter Box?”. Duh! Sepertinya makin hari B’day tak identik lagi dengan menerima kado tapi lebih pada pemikiran nraktir dimana. Makin banyak kelompok yang kita punya makin beruntun adanya acara. Beruntung ini setahun sekali. Bukan tiap bulan. Tapi mungkin itulah makna B’day ... bersyukur dengan syukuran! Seperti halnya B’day rekanku Mamato dengan membagikan ucapan terima kasih bagi rekan-rekan dekatnya. Menyentuh!
Namun aku tercengang juga ternyata ada saja sahabat yang berbesar hati menanyakan, “Kamu ingin kado apa!” walah... dari kemarin kek! Aku menahan untuk tak usil menanyakan lebih lanjut meski hatiku bergirang, “emang budgetnya berapa?” selain tak sopan mungkin ini bukan gue banget pikirku. Jujur saja keberadaan mereka dalam fase hidupku sudah lebih dari aku syukuri. Cerita, canda tawa dan pedih duka bersama mereka adalah kado keseharian yang lebih pantas dan bermakna untuk aku terima. Karena itu menunjukkan eksistensi adanya rasa yang lebih nyata. Moga mereka mengerti hal itu.
Menjelang B’day dalam perjalananku kebanyakan bukanlah waktu yang penuh kejutan dan riang kegembiraan. Banyak hal yang berarti dalam hidupku seringkali diminta dan diambil kembali oleh Tuhan. Tidak saja harapan namun juga detak hidupku dan nafas semangatku. Hingga B’day menjadi satu kehampaan dan hari tak berasa. Satu titik terendah dalam hidupku. Wajar bila setiap April datang aku mulai menghitung dan menimbang, mempersiapkan dan menjaga ... Berteguh untuk tak terjatuh saat B’day tiba. Walau pijakanku telah sedemikian rapuh dan kian tak pasti.
April ini tak ubahnya bagai April satu, dua atau sepuluh tahun lalu. Pengharapanku mulai terkikis oleh kenyataan hari, warna-warna yang kugenggampun mulai pudar dan luruh. Meski Tuhan telah memberi hal terbesarnya dalam hidupku secara tiba-tiba namun nyatanya hanya kefanaan yang tergambar dan bahkan saat B’day nantinyapun bisa dipastikan aku tak bisa berkumpul dengan orang-orang yang dekat di hatiku ... ah. Kucoba tahan nafas mencermati tiap kali hal ini berulang dari tahun ketahun dan membentuk sebuah syndrom titik keputus asaanku.
Mestinya aku cukup kebal toh ini menjadi semacam tradisi tak terputuskan berulang dan terpastikan. Namun hingga detik inipun aku belum mampu menerimanya. Mungkinkah ketidak pasrahan dan keikhlasanku yang memperparah hal ini? Benar seperti sahabatku bilang bahwa saatnya tahun ini aku mencoba berbijak untuk melihat syndrom ini bukan sebagai ketakutan. Namun menjadi satu refleksi positif akan pengertian dan pemahaman yang lebih jelas dan ikhlas dari apa maksud dan rencana Tuhan dengan semua ini.
Bisa jadi Tuhan ingin aku selalu bisa mengevaluasi hal lalu dan memulai segala sesuatunya dari awal lagi disetiap B’dayku. Atau Bisa jadi Tuhan menginginkan bahwa B’day bagiku bukanlah satu pesta seharian namun menjadi pesta pemikiran dan perenungan, atau bisa jadi berpuluh jawab pengharapan lainnya ... kuyakinkan, Tuhan pasti punya rencana indah bagi umatnya, meski jalan menuju kesana belumlah tentu indah. Aku percaya itu.
Pastinya aku telah bersiap diri, menunggu hadirnya hari itu tiba!
Pastinya kutahu ... aku tak sendiri saat itu ..........................
posted by kinanthi sophia ambalika @ 4/14/2005 04:35:00 PM -
7 Comments:
wow..mau Ultah tah ya Sam..?? :) be better, be good apa lagi ya,..semoga bisa memprediksi apa2 yang telah terjadi dijadikan bahan acuan memang bukan satu keharusan to celebrete but gak ada salahnya kan dijadikan bahan renungan masa yang telah lewat, semoga hari2 kedepan dan tahun2 ke depan akan lebih baik amien2..salam sukses selalu..
pre b'day syndrome only spinning in your head, hoping everything gonna be allright bro !!
mas.... mangan2'e nang sby ae :-)
sam.. mau kado apa??
pilih ya:
a. kopi tubruk poenam
b. roti bakar poenam
c. ice cream poenam
Lalu... mau traktir gue dimana? pilih ya...
a. Sizzler
b. Gandy steak
ok??? :D
agreed with mamat...
jangan lupa berdoa dan bersedekah
sam, mengingat tanggal ulang tahun kita itu bukan suatu kesalahan. justru dengan selalu mengingatnya, kita akan tersadar betapa cepatnya waktu berjalan, dan dari situ kita juga akan sadar bahwa usia kita juga semakin berkurang hari demi hari.selebihnya terserah anda...
Post a Comment
<< Home