Kanan-Kiri atau Kiri-Kanan?

Thursday, April 07, 2005

By Sam (070405.09.11)

Lebih baik tidur, begitu menurutku daripada bicara soal transportasi di Jakarta. Mungkin warga DKI sudah sama suntuk dan tak tahannya dengan kemacetan. Tapi, bagaimana lagi. Sekian puluh mobil baru tiap hari mulai memenuhi jalan sementara mass public transportation masih sekedar harapan dan panjang jalan berkembang tak seimbang, system transportasinyapun mulai tak jelas mau dibawa kemana. Apa mau dikata jika pemerintah tak tanggap. Mungkin hanya kalimat penghibur saja yang keluar “sudah tradisi!”. Kalimat yang harus ditelan sepahit apapun rasanya. Dua tahun lalu pukul 06.30 aku biasa kekantor dengan angin segar dan sisa waktu sarapan pagi masih cukup untuk chatting. Kini pukul 06.00 sudah saling antri, jarak 17 kilometer harus dicapai dalam 1 jam 15 menit. Duh ... Jogging saja lebih cepat!

Tak ada pilihan yang lebih cepat dan praktis bila pulang tennis di hari minggu aku pakai taksi daripada alat transport lain. Meski selalu berharap ada kawan lain yang pulang serah. Seperti biasa aku memilih duduk di bangku belakang tengah mesti tempat itu paling tidak nyaman. Kembali hidupku dibuat tak ada pilihan. Bukan supaya aku bisa memantau argometer lebih jelas tapi aku cuman risih mengingat pintu-pintu taksi selalu dipakai untuk tutup kencing si sopir!

Dan berapa minggu yang lalu satu kekonyolan terjadi: (lagi!)

“Belok kiri pak,” ujarku memberi petunjuk sembari mengulurkan sebelah tanganku.

Taksipun berbelok ke kiri.

“Loh ke kiri pak ... kiri-kiri!” Tersadar aku panik karena taksi salah arah.
“Ini khan sudah ke kiri mas!” Si sopirpun tak kalah bingung.
“Kiri tuh ke sana loh pak,” debatku sambil menegaskan tanganku yang sejak tadi aku ulurkan untuk memberi tanda. Dengan pastinya aku ulangi lagi, “Tadi saya bilang kiri!”

Mimik supir taksi kulihat makin kebingungan, dia melambatkan mobil pelan-pelan. Akupun makin tak pasti dengan debatku tadi. Jangan –jangan....?

Duh. Speakless ! Terjadi lagi deh ....!

“Oke deh pak jalan aja terus ... ikuti tangan saya saja ya pak jangan kata-kata saya.”

...

Mungkin bagi orang kanan-kiri adalah hal yang gampang dan lumrah. Dua hal yang berlawanan, dua hal yang jamak dalam kehidupan sehari hari bahkan konotasinyapun meluas hingga kanan diartikan segala hal positif dan sebaliknya. Hanya konyolnya ini tak berlaku untukku. Secara reflek seringkali aku menyebut kanan sebagai kiri dan kiri sebagai kanan. Malah yang membingungkan tanganku bisa menunjuk ke kiri sementara mulutku menyebut ke kanan atau sebaliknya. Salah siapa .... mungkin di SD aku bolos waktu pelajaran mata angin. Dan kesalahan ini selalu terulang dan tak terperbaiki.

Yang menguntungkan mungkin tepat pemikiranku dulu untuk ambil jurusan arsitektur sehingga sekarang sopirku tak terbingungkan dengan arah. Karena dengan peta dan denah aku cukup peka menggambarkan arah. Dia hapal dengan kebiasaan ini. Termasuk kebiasaan untuk mengikuti arah tanganku daripada kata kanan-kiriku.

Kekonyolan ini sering kupikir dan akhirnya aku menyerah perlahan. Biarlah aku terbingungkan dengan kiri dan kanan sejauh aku bisa memastikan arah mana yang baik dan benar dalam hidup ini!. Itu saja.

posted by kinanthi sophia ambalika @ 4/07/2005 10:17:00 AM -

3 Comments:

Blogger mamat ! said...

kiri kanan ku lihat sajaaaaaaa.
he he he he he he

5:42 PM  
Blogger Unknown said...

hem ke kiri atau ke kanan..madu di tangan kananmu racun di tangan kirimu..jadi inget lagu itu Sam,..ups gimana kabarnya neh..lagi males aja aku mah sam..biasa menyepi ajalah,..just go all the way my bro..jangan kebanyakan tengok kiri atau kanan kayaknya..drpd bingung mendingan must go on gitu..eventhough on the small path karena kebanyakan nengok2 ntar pusing loh..:)

2:03 PM  
Blogger dodY said...

yang ginian memang bikin stress :-0

4:35 PM  

Post a Comment

<< Home