Pembajakan Usai Sholat Jum’at
Sunday, February 27, 2005
Segera aku kaitkan tanda pengenal tamu di kalung IDku setelah ditukar dengan ID kantorku. Satu prosedur standart awal yang harus aku lalui untuk bisa mengikuti sholat juma’at di gedung BRI pusat ini. Merepotkan memang! Terlebih melihat pengaturan tanda pengenal untuk masuk gedung ini sama sekali tak efektif. Bukan saja sistematika peletakannya yang menyulitkan saat pengembalian tapi juga kegunaannya. Formalitas…. Tapi bagaimana lagi. Satu-satunya tempat yang menyelenggarakan sholat jum’at di blok ini hanyalah disini. Setidaknya hanya disinilah sholat jum’at bisa begitu tertib. Dan keberadaannya di lantai 21, dipuncak mungkin bisa membuatku lebih dekat lagi dari Tuhan! Aku tak punya pilihan….meski aku phobia ketinggian.
Untuk menuju ruang serba di lantai 21 tidaklah sederhana. Sepertinya mudah karena ada 6 lift yang tersedia disana. 3 tahun aku telah hapal. Lift pertama “director only”, lift ke 4 “horror” (kapasitasnya amat sangat sedikit dan suka memberi bonus berupa tinggal di lift lebih lama karena macet) selebihnya 4 lift yang bisa diandalkan. Itupun kalau tidak dalam keadaan “underconstruction”. Ke 4 lift ini pula yang suka kucing-kucingan. Selain di lantai satu, tak ada indikatornya dimana lift ini berada. Hingga seringkali lift 3 lampu indikatornya menyala tapi tiba-tiba mati dan malah lift ke 2 yang terbuka. Belum lagi suara gaduh lift saat berjalan membuat phobiaku makin tak tertahankan. Tak apa mungkin jalan menuju keimanan perlu satu ujian.
Di atas semuanya terasa terbayar. Aluanan adzan disini adalah yang terbaik dan terindah yang pernah aku dengar. Penceramahpun bukan penceramah “biasa”. Bahkan mungkin disinilah sholat Ghoib banyak dilakukan. Hampir tiap selesai juma’atan!
Modus pembajakan lift akan terjadi saat selesai sholat. Biasanya orang-orang akan menyerbu lift terdekat, di lantai 20. Tak terbayang bila hanya ada 4 lift yang aktif untuk menurunkan ratusan jemaah. Belum lagi ada tabiat unik dari lift-lift ini. Mereka tak akan sampai di lantai 20 bila salah satu dari mereka sudah sampai disana. Nah! Bersiaplah jamuran bila tak pandai membajak.
Langkah pembajakan yang cukup sederhana ini telah menjadi modus beberapa orang termasuk aku. Biasanya kami turun secepatnya lewat tangga hingga lantai 16. Menunggu lift disana. Biasanya akan ada nada lift dari bawah. Bila telah mendapatkannya segera kami berebut masuk dan merapat didinding. Bukan hal yang diharapkan bila harus tereliminasi dari lift karena over weight. Sering kali kami beruntung lift kosong dan begitu masuk langsung meluncur kebawah. Rasanya tak adil memang ... tapi bagi siapa?. Ada kalanya kami tak beruntung karena lift dari bawah telah berisi anak-anak SMA yang entah mimpi apa suka melakukan jum’atan disini dan mereka membajak lift lebih bawah lagi. Dan begitu riangnya mereka yang telah membuat lift penuh berteriak ”anda kurang beruntung“ !
Belakangan aksi pembajakan ini makin ketat dan merajalela. Lantai 16 tak lagi sekosong biasa. Maka pandai-pandailah menebak lift mana yang akan terbuka, secepatnya merapat ke dinding jauhi pintu lift selagi mungkin. Bila tidak kata kata“ maju dikit, maju dikit, maju dikit“ akan nyaring di telinga kita hingga kita bener-benar maju dan keluar dari lift. Tereleminasi dan termalukan!
Janganlah sesekali mencoba masuk ke lift yang penuh. Lift-lift ini takkan bersuara bila over weight hanya akan mogok menutup. Orang-orang dalam liftpun akan terdiam dalam keadaan begini. Membiarkan mangsa masuk dan membiarkan mangsa tahu sendiri kalau itu over weight. Salah tingkah adalah yang diharapkan. Dan tawapun akan meledah begitu mangsa keluar dengar muka udang rebus.....
Duh sepertinya kami lupa kalau baru saja membersihkan dosa! ....
posted by kinanthi sophia ambalika @ 2/27/2005 10:05:00 PM -
1 Comments:
he he he, hampir sama di t4 gw solat. tapi untungnya cuma 6 lantai.
Post a Comment
<< Home