Di Obok-Obok

Wednesday, July 19, 2006

By Sam (19072006-14.49)
Langkahku



Sabtu ini tidak cerah. Kelabu malah. Sepagi matahari bangun kedua keponakanku telah mengoreskan warna kelabu di seisi rumah. Beberapa film kartun di TV sama sekali tak membantu mereka ceria apalagi rayu dan bujuk sang mama. Entah sepagi ini mereka menjadi makhluk-makhluk yang sukar di pelihara apalagi ditaklukkan. Mau merekapun tak jelas. Hingga akupun turut buram dan malas melihatnya.

“Haloooo ... apakah kalian masih berminat untuk memandikan ikan dan bebekku?” teriakku dari halaman depan rumah sambil membawa sikat, ember, gayung dan jaring ikan.

Suara berebutpun terdengar mendatangiku. Kulihat kedua telah berdiri didepanku dengan mata bergerak binar dan langsung menggapai ember di tanganku.

“Aku dulu!,” Yang satu berteriak.
“Enak aja ..aku sudah pegang duluan. Oom ini loh ngrebut!”. Yang lain tak mau kalah.

Haaaaa … duhh. Awal yang buruk batinku! Tapi tak ada pilihan. Air adalah satu-satunya cara mereka bisa tertawa lagi. Cukup malas aku bila harus mengantar renang pagi begini. Sama-sama main air akan lebih menyenangkan bila mereka bisa membantuku menguras kolam ikan yang rutin tiap sabtu aku kerjakan … begitu akalku.

“Eit-eit … cukup! Yang satu nguras air yang satu ambilin ikannya taruh di ember, OK?”
“Ok … ok…!,” Kembali mereka berhamburan menggapai kolam.
“Tunggu! … emang gak ganti baju?”
“Oh ya ya ya,” Sekali lagi mereka berhamburan kembali masuk rumah.

Mama mereka yang melihat kejadian ini hanya tersenyum simpul. Melihat akal bulusku jalan.

“Cepat yaaaaa!” teriakku lagi sambil mempersiapkan selang air dikolam berukuran 1,25 M2 dengan kedalaman 75 cm. Ada 30 ikan koi lokal dan koi “asli” yang menghuninya plus tiga buah patung bebek berukuran sebenarnya dari batang pohon kelapa yang menghiasi pinggirnya. Secepatnya aku singkirkan tumbuhan air yang ada didalamnya dan mematikan pompa air yang mengucurkan air dari mulut tembikar kodok yang aku dapat dari pusat grabah Kasongan Jogja.

Photobucket - Video and Image Hosting


#######

Endog sama artinya dengan telur. Begitulah Maya keponakan perempuanku disebut. Saat usianya baru beberapa bulan dia begitu gemuk, putih dan bundar dengan rambut ikalnya hingga menyerupai endog. Aku dan kakak laki-lakiku suka memberi es krim yang di usapkan di mulutnya padanya saat bayi karena dia begitu suka dan menikamati. Kamipun genar menggoda-godanya hingga menangis dan kabur sambil memanggil mamanya. Maya bukan lagi endog sekarang dengan umurnya yang akan 8 tahun Agustus ini tingginya sebentar lagi akan melewatiku. Cukup bongsor untuk usianya dan cukup menonjol untuk ukuran teman-teman kelas tiga nantinya. Ibuku menyebut dia seperti gasing karena tak bisa diam, bicaranya tak bisa berhenti, usil dan kata-katanyapun cukup kritis dan tajam. Diapun amat sangat lengket denganku. Kakakku bilang ini photocopy dari aku, warisan yang menyedihkan dari sifatku. Ah!. Sementara untuk masalah makan dia adalah omnivora sejati. Semuanya dilahap dan tidak cukup dengan kata sedikit! Liburan sekolah ini dia bersama kakak, Mama dan Ibuku berlibur ke Jakarta. Lucunya dia bersikeras membawa piala yang cukup besar hasil dari lomba fashionnya bebetrapa minggu lalu. Dengan alasan takut piala itu pecah terkena gempa bila ditinggal di Jogja. Padahal sebenarnya dia ingin menunjukkan piala itu pada Oom-Oomnya di Jakarta sekaligus ingin aku photo bersamanya. Ampun!

Bagus adalah kakak Maya 3 tahun lebih tua dan naik kelas 6 sekarang. Bagus punya satu sisi yang bertolak belakang dengan pribadi Maya. Pendiam, loyal, tak banyak kemauan serta pemalu itulah Bagus yang punya panggilan Macan. Macan mengingat saat balita dia suka mengaum-aum bila berteriak karena kami goda. Beda dengan Maya yang sadar untuk dandan dan tampil, bagus lebih sadar akan kemampuan olahraga dan sosialisasinya. Bola itulah kegemarannya. Hal terbalik dari Maya bukan itu saja perkara makan, berkata dan Bersikap bagus adalah benar-benar sisi lain dari Maya. Termasuk ketidak lengketan dia denganku tapi malah dengan kakak laki-lakiku. Kesamaan mereka hanyalah soal kebongsoran badan mereka dan bagaimana mereka cukup kompak sebagai kakak beradik.

#######

Mereka telah berada di kolam sekarang, menguras dan menyikat kolam sambil berteriak-teriak dalam canda. Hingga timbul usilku.

“Ahhhhhh hujannnnn, Oom … basah!,” Teriakan mereka makin riuh saat selang air aku kucurkan membentuk hujan membasahi mereka di dalam kolam yang hampir kering dan tanpa ikan lagi.

Konyolnya mereka lebih cerdik dengan membalasnya dengan menyiramkan beberapa gayung air dari kolam hingga akupun turut basah kuyup. Jadilah kami siram-siraman menebarkan air kemana mana hingga,

“Prakkkk!”

O hohoho. Sebuah pot bunga anggrek meluncur dari bibir kolam dan jatuh pecah didalamnya setelah di senggol Maya. Kolampun jadi makin kotor terkena serpihan arang dan akar-akar anggrek. Duh. Mau tak mau menambah kerjaan. Belum usai kami bersihkan ramai-ramai dan cukup memakan waktu.

Kembali kami larut dalam canda dan tiba-tiba “Prang!”

Kembali sebuah lampu taman pecah berantakan terkena hantaman tanganku karena menghindari Bagus yang menyemprotkan air padaku. Wah kami terbahak-bahak. Tak sangka acara menguras kolam jadi berantakan dan dapat kerja tambahan seperti ini. Akupun serta merta membubarkan acara konyol pagi ini sebelum makin merembet kemana mana. Beruntung kolam telah usai kami kuras dan sikat hingga tinggal mengisi air yang kurang sejengkal. Tapi rasanya cukup sudah. Melelahkan memang tapi begitu melihat mereka menjadi cerah ini bukanlah hal yang buruk walau harus dibayar mahal.

Tapi ternyata sepertinya ikan-ikankulah yang pada akhirnya mimpi buruk. Dua ikan mati keesokan harinya. Mungkin mereka merasa mabok karena airnya diobok-obok. Sialnya yang besar-besar lagi. Duh!

posted by kinanthi sophia ambalika @ 7/19/2006 05:09:00 PM -

16 Comments:

Blogger DeLaKeke said...

Asyik nih bermain ama ponakan....

8:17 PM  
Blogger yaya said...

Hihihihiih, deepest condolence for the fish :D

2:03 PM  
Blogger ime' said...

kekekekekekeekekek... kalo' kura-kuraku dititip disitu boleh gak??? tapi, jangan dimakan sama ikannya yaaaaaa :P

2:10 PM  
Blogger kodokijo said...

hehehe sayang keponakan nih :)

6:27 PM  
Blogger Sisca said...

Mas Sam, senangnya membacamu berbagi kegembiraan dgn para keponakkan.

Ikan yang mati bisa dibeli lagi, tp kebahagian mrk bermain air bersama si Om, tak akan mati dalam ingatan :)

Btw, selain ikan, harus beli pot bunga dan lampu pengganti juga ya heheheh

2:58 AM  
Blogger pipiet.... said...

asyiknya.... bis maen aer.....

10:35 AM  
Blogger L. Pralangga said...

Wah udah lama sekali saya nggak mandi-bareng gitu :) Suka banget dengan fotonya- so expressively vibrant!

Keep up the words to flow!
----------------------
Iya nih, akan ada Miss Liberia 2006 yang ikutan Miss World thn ini - cuman nggak tau apakah dia bakalan nemenin Nadine :)

Mereka bahasa inggrisnya lebih jago (mungkin dari Nadine) tapi di telinga kita kedengeran logatnya seperti bahasa kodok --->Wawawawaa...waaaaaawwaaa - gitu deh! :p

3:31 PM  
Blogger unai said...

ya ampunnn mas, kamu nyemplung juga? haha.. BTW ikan gede yang mati? ikhlasin deh, sayang ikan apa sayang ponakan?

10:34 AM  
Blogger Lili said...

waaa nanti Mas Sam kena RUU loh....hi..hi...itu loh gak pake baju.....

Senangnya kayak waktu kecil dulu...

1:41 PM  
Anonymous Anonymous said...

muat tow itu baknya ;)

4:22 PM  
Blogger Apey said...

Huaaah...Sam !! postinganmu jadi bikin aku kangen beraaat sama 2 ponakanku juga. Duuh..gak tahan nunggu smpe tengah Agt aku ketemu mereka :)

5:21 PM  
Blogger Goiq said...

minggu kemaren gw juga ngabisin hari sama ponakan2 tercinta... btw gw ga bisa isi SB lo sam.. heuheuheue

11:39 AM  
Blogger satria said...

huahaha...kok ya malah ikut keceh *bhs jawirnya apa ya?* ck ck ck kurang gede tuh mas kolamnya.

9:56 AM  
Blogger mamat ! said...

ikan yang malang

10:47 AM  
Blogger syafrina-siregar said...

Sekalinya berkunjung kemari, ada poto 'serem' ternyata;-)

2:28 PM  
Blogger Paulus said...

hayooooo.... ini ngajak ponakan bermain air atau "memanfaatkan" ponakan untuk nguras kolam yaaaaa...
hehehe

9:01 PM  

Post a Comment

<< Home