Telah Kurasai Rindu ini

Wednesday, January 18, 2006


By Sam (18012006.09.00)
Secarik Cerita



Air masih mengguyur deras di pelataran berdedaunan, gemericiknya berebut menyentuh bumi meninggalkan nada dalam keteraturan. Jendelaku masih memantulkan rintiknya dalam temaran lampu yang kuredupkan. Kapan hujan akan berhenti? Tak ada jawab pasti, mendungpun tak pernah tahu sampai kapan memayung. Seperti juga bila kutanya kapan kau kembali. Mungkin hatimupun tak pernah akan tahu kapan akan berhenti berlari.

Pandangku dalam kelam, hanya kudapati bayangmu, menarikan di antara pikirku. Desahku dalam dingin, hanya menghembuskan bisikmu, gelak dan riang suaramu. Sebelah jiwaku … apakah ini arti dari kata merinduimu.

……….

“Pernahkah kamu merindukanku?” Tiba-tiba saja Rindu melemparkan tanya. Sekejap dipandanginya aku, meski tangannya tak lepas dari sendok dan garpu yang sedari tadi diaturnya di atas meja makan.
“Memang kenapa?” Heranku menyeruak.
“Kamu tak pernah katakan itu.” Jawabnya cepat.

Kutuang sparkling juice di dua gelas berkaki. Kubiarkan pertanyaan Rindu menggantung tanpa jawab. Tak berapa lama meja makan selesai kami atur. Spaghetti yang bersama kami buatpun telah tersaji lengkap dengan pencuci mulut dan pelengkapnya. Berdua kami duduk mengitari. Seperti pekan-pekan yang lalu, Rindu suka mengambil tempat dekat jendela. Cahaya siang menerangkan rautnya yang indah alami meski kali ini ada tanya tak terjawab disana, dia masihlah secantik bunga lily.

“Aku tidak tahu apa itu arti rindu,” Jawabku meluncur ditengah santap kami.
Kudapati raut muka Rindu berubah dalam keterpanaan.
“Mari kita berhitung. Sehari kau terima lebih dari 20 pesan dariku, setidaknya 3 kali dalam seminggu kita bertemu, akhir pekan kita lewatkan bersama di meja makan seperti sekarang. Mungkin harus ditambah dengan berapa kali dering telepon yang saling kita bunyikan. Coba kalikan dengan berapa lama waktu kebersamaan kita?. Lihat …. kamu tak pernah jauh dariku. Bagaimana mungkin aku merindumu?”

Rindu melihat cinta dalam rasa, juga dalam kata. Sebaliknya aku memikirkannya dalam logika dalam korelasi-korelasi nalar. Sepertinya inilah yang belakangan menjadi perdebatan kecil kami dan sejauh ini belum ada kompromi yang bisa melunakkan kekerasan kami. Memengertikan kami akan perbedaan ini. Dan bisa ditebak selera makan kami hilang ditelan kebisuan. Kebersamaan ini berakhir dalam sepi.

Tidak hanya sepi hari itu, pekan itu tapi juga bulan lalu dan hari-hari belakangan ini. Hingga aku dalam tanya, Salahkah kipikir cinta dalam logika. Ataukan kesalahan kami yang selalu mengharapkan cinta kembali seperti apa yang telah kita beri.

……….

Mendung masih belum tahu kapan akan berhenti memayung. Pandanganku dalam kelam masih tajam mendapati bayangmu, masih menarikanmu diantara pikirku. Juga desahku dalam dingin masih menghembuskan bisikmu, gelak dan riang suaramu. Sebelah jiwaku … aku tahu, aku telah merasai apa arti merinduimu!


posted by kinanthi sophia ambalika @ 1/18/2006 11:13:00 AM -

8 Comments:

Blogger Unknown said...

busyet tulisanna keren euy *kasih pena ama kertas* lagi2 Sam nulis lagi :P huhuhu but bener nice posting Sam

3:01 PM  
Blogger Apey said...

Can I marry your brain Sam ? *terbengong2 baca tulisan Sam yg bak sastrawan* :D

6:26 PM  
Blogger yaya said...

Rindu?
aah, sudah lama kubuang jauh kata itu. Bila rindu hanya membunuhku, buat apa aku memilikinya.

Bila rindu hanya membuatku sakit tak berujung, buat apa aku harus memulainya?

Dalam hatiku, rindu sudah tak ada lagi.

Rindu sudah mati..

10:57 AM  
Blogger retnanda said...

hmm...
rindu itu... harus bikin senyum...
harus bikin kita happy..
dan harus membuat kita berterima kasih karena masih dapat merasakan rasa rindu itu.
rindu itu kebahagiaan.
keep writing sam
lama lama kamu jadi penulis cerpen deh.....

3:05 PM  
Blogger L. Pralangga said...

Rindu itu anugrah, terlepas dari banyak diantaranya bisa meyiksa :) tapi mungkin darisistulah kita belajar untuk bisa mengasihi dan seize the moment when you really love someone.

All those feelings are good for us, should we know how to manage them :)

7:56 PM  
Blogger mamat ! said...

Mendeskripsikan sayang atau cinta dengan perasaan dan logika adalah sesuatu hal yang kadang kontradiktif.

Berkompromi untuk mengakomodir keduanya adalah hal yang lebih bernilai, dibandingkan selalu mengajukan perbedaan diantaranya.

Btw .. salam buat Rindu yah

11:57 AM  
Blogger isna_nk said...

rindu itu semu
namun
doa itu nyata

:)

2:24 PM  
Blogger L. Pralangga said...

Rindu, kalau dibiarkan ia menjadi biru - resikonya beraat! Mosok aku haru berurusan dengan Gorilla gelo itu? Wah nggak kuaat!:D

Kumaha damang?

2:06 AM  

Post a Comment

<< Home