Dia Yang Setiap Sore Bersamaku

Wednesday, November 30, 2005


By Sam (30112005.04.18)
Secarik Cerita


“Tahun baru tinggal sebulan lagi ya,” Tulis Dia sore itu melalui Yahoo Messenger.
“Yup …,” Jawabku singkat karena terkonsentrasi dengan desain yang belum usai.
“Akan mudik lagi?”

Aku meng-klik icon save pada program publisherku beberapa saat sebelum membalas PM –nya.
“Yah pastilah, seperti tahun-tahun sebelumnya.”
“Menyenangkan ya bila punya keluarga berbeda-beda keyakinan, banyak kesempatan libur dan berkumpulnya,” Komentarnya sembari mengeluarkan beberapa smiley dalam baris kalimatnya, ”Kapan balik Jakarta?”
“Abis tahun baru nanti sepertinya.”
“Lama sekali? Oh ya, seingatku ibumu ulang tahun tanggal 2 nanti.”
“Ya, aku ingin disana sampai hari itu.”


Sejenak kami tanpa kata tertulis. Entah apa yang dia kerjakan. Sementara aku sibuk mencetak desain yang aku buat lewat printer laser colorku. Seperti sore-sore yang lalu beberapa tahun ini aku tak merasa sendiri di ruangku. Ada Dia … meski keberadaannya jauh di ujung sana. Sejak bertemu di jaringan maya tiga tahun lalu, dia seakan jadi teman berbincang. Tentang apapun. Bahkan tak kusangkali alur hidupku ada pada dia. Entah kenapa begitu ringannya aku bertutur akan hidupku pada Dia, bercanda bahkan membebankan keluh kesahku. Seakan aku tahu pasti. Setiap sore Dia akan menemaniku.

Namun satu hal yang menggelitikku aku belum pernah menemuinya. Hanya photonya di sudut YM yang memberikan gambaran padaku bagaimana Dia. Photo manis yang seringkali Dia ganti sembari memerinci kejadian yang Dia alami. Dan selama perjalanan kami ajaibnya seakan ada kelambu tipis diantara kami untuk tidak saling menyentuh atau berusaha untuk mengubah apa yang selama ini kami miliki. Meski kecocokan ada diantara kami, meski kami tahu bahwa kami sama-sama masih … sendiri!

“Buzz …”
“Yup …”
“Bagaimana targetmu?”
“Target?”
“Target untuk memperoleh jodoh, kau tahu tahun ini akan usai satu bulan lagi.”
“Ha..ha..ha…”
“Masih seperti tahun lalu.”
“Yup..”
“Meleset lagi?”
“Tepat !”

“Kamu terlalu idealis mungkin?”
“Apa seumuran aku ini masih pantas untuk memegang idealisme?”
“Lalu apa masalahnya.”
“Persepsi.”
“Maksudnya?”
“Aku tak ingin terjebak dalam kesalahan pemahaman akan perkawinan dan relationship. Banyak orang berpersepsi bahwa tujuan akhir dari relationship adalah perkawinan.”
“Bukankah kita mencoba menjalin suatu relationship untuk tujuan menikah?”
“Menikah adalah soal ikatan, soal pengakuan. Dia bukan akhir dari relationship itu sendiri.”

“….. ic.”

“Malah justru dengan adanya pernikahan relationship harus lebih di eratkan, di tumbuh kembangkan. Kebanyakan dari kita lebih banyak berkutat dengan masalah bagaimana ber-relationship. Lupa akan tujuan dari relationship itu sendiri.”
“Aku kurang jelas.”
“Menikah bukan perkara kita mencintai seseorang dan memutuskan untuk hidup bersama semata, lebih dari itu menikah harus punya TUJUAN.”
“Tujuan ….”
“Ya, selama dua pihak punya tujuan yang sama akan pernikahan, aku rasa itu satu basic relationship yang kuat. Cinta tak akan kering karena ada sesuatu yang akan bersama untuk capai dan penuhi. Saat cinta mulai pudar kita diingatkan untuk kembali menyakini tujuan perkawinan yang sudah ditautkan.”

Sejenak aku mengambil nafas.

“Selama ini aku hanya menggenggam realita daripada berfikir idealis. Aku hanya berusaha mengukur progress di setiap relationshipku. Bila kurasa relationshipku dengan seseorang progresnya meningkat … dia mungkin yang tepat untukku.”
“Sesederhana itu……..”
“Ya …”
“Sudah adakah orang yang mempunyai konsep dan tujuan pernikahan yang sama denganmu?”
“Bagaimana dengan kamu sendiri, apakah sekonsep dan setujuan denganku?”
“Kalaupun iya rasanya itu tidak mungkin.”

Terhenyak aku mendengarnya,
“Mengapa?”
“Tak ada lagi yang akan menemanimu setiap sore nantinya.”
“Aku tak perlu lagi ditemani setiap sore, karena kau telah menemaniku hingga akhir waktuku!”

……………………………….


posted by kinanthi sophia ambalika @ 11/30/2005 06:13:00 PM -

9 Comments:

Blogger yaya said...

*Bentar yaa ambil tissue dulu.

Huhuhu, aku kenapa sampe merinding ya baca kalimat terakhirnya?

Btw mas the next dewi lestari in guy version, kl boleh aku ngasih saran dikiiiiiit aja. Kl bs itu tanda bacanya yg utk dialog diperjelas yaah, apakah titik, koma atau titik titik...
(punten loooh)...jangan marah.

U're still my favorite blogger kok ;)

7:02 PM  
Blogger unai said...

Aku suka di kalimat penutup...huhuhu terharu biru

8:37 AM  
Blogger isna_nk said...

mas... ini hanya cerita atau kisah nyata? :D :p :)

kapan nich .. undangannya :P

8:41 AM  
Blogger mamat ! said...

hmm... siapa tuh yang 3 tahun dan seterusnya menemani kamu ?

anyway ... segera ditunggu novelnya.

9:09 AM  
Blogger kinanthi sophia ambalika said...

to Yaya: Tx buat koreksinya ... amat teledor saat bikin karena sembari kerja kekekeke
to Unai: Bagai mana bira haru orange ... aku suka orange :)
To Isna: Ditunggu ya..... apa seh :P

9:11 AM  
Blogger unai said...

Dia yang bersamaku setiap sore...?
Hmmm, aku bilang juga apa? cepetan dibukukan...keknya gak cuma sekedar sore dia akan menemanimu...
tapi...selamanya...cie..

10:42 AM  
Blogger retnanda said...

wow!!1
wah lama lama ada job kumpulin cerpen kamu tuh sam...
boleh juga..
..

1:43 PM  
Blogger vi3 said...

jadian neh? hmmmm...
tgl 27 jadi ya.. di benteng.. asiikkk.. photo2...

4:06 PM  
Blogger JUST NOTHING!! said...

Pfffhhhh....Nikah? kata yg sensitif diucapkan:D

6:00 PM  

Post a Comment

<< Home