Daun, Ranting dan Tanah
Thursday, December 08, 2005
Secarik Perenungan
Aku tersenyum kecil mendengar penuturan seorang sobat mengenai bentuk hubungannya belakangan ini, hingga seorang kawan melontarkan tanya menggelitik.
“Apakah daun yang meninggalkan ranting, atau justru ranting yang tak menginginkan daun tinggal?”
Sudah pasti menyakitkan, disaat tangan hanya mampu menepuk angin. Orang bilang seakan menjaring matahari, menggenggam pasir …. atau apalah. Yang pasti rasa ini bukanlah hal yang indah untuk diucap apalagi digambarkan dengan kata berbunga. Aku sendiri lebih suka menyebut rasa ini dengan makna lugasnya, kesiaan! Perih memang ….
Sesaat pikirku meronta menyisir kenyaaan di hadapku. Akankan menjadi kesiaan pula bila nyatanya ranting menginginkan daun tinggal namun ternyata tanah tak pernah ijinkan mereka tumbuh?
Adakah kesiaan dalam suatu cinta, karena pada nyatanya dia bertunas diantara dua ruas hati
Adakah kesiaan dalam suatu cinta, karena pada nyatanya dia harus mati karena tanah tak mau merengkuhi
…………….
Mungkin bukan kesiaan karena pada nyatanya ranting takkan pernah mengenal arti terteduhi tanpa adanya daun
Mungkin bukan kesiaan karena pada nyatanya daun takkan pernah mengerti memberi tanpa ditopang ranting
Mungkin memang bukan kesiaaan …
Melainkan hanya sepenggal kisah buram yang segera berujung, sekedar sekelumit hidup yang harus berlanjut tertanam ditanah lain … walau tak lagi sepokok pohon!
Daun, ranting, tanah … , kuberandai mungkin bila diriku ranting, hanya bisa kukata pada daun belahan jiwaku,
“Ku tetap memintamu tinggal, ku tak peduli meski kita harus tertanam di … batu gersang!”
posted by kinanthi sophia ambalika @ 12/08/2005 06:13:00 PM -
9 Comments:
Hiks..ini postingan "aku banget deh" judulnya...
Daun terbang karena ada angin meniup, padahal ranting ingin sekali daun tinggal :(
Bukannya ranting tidak ingin meminta daun tinggal..tapi ranting tau, kalau daun tetapkan pergi.
daun .. ranting .. tanah, sebuah personifikasi terhadap peranan dalam hidup.
Kesetiaan ranting terhadap daun, atau daun terhadap ranting, tetap saja sebuah bentuk kesetiaan.
Acapkali saya juga sering mendengar ekspresi sebaliknya:
"..the show must go on.."
"..moved on to the flow of life.."
"..things happen for a reason.."
dan beribu ekspresi pembenaran lainya, tak bisa disangkal, kalau mau dilihat dari sisi keduanya, semuanya punya pembenaran satu sama lain..
Kadang sepenggal-dua-penggal kalimat itu pernah terjadi dalam banyak segmen atau adegan hidup orang, mungkin termasuk si botak-plontos yang nulis komen ini :), namun demikian, paling nggak, hidup tidak hanya berakhir saat si daun rontok dari si batang. Alur sungai dan tiupan angin akan membawanya kepada "a new level of life", mungkin.., insyallah :)
kang Luigi komennya dalem banget :)
bukan dimaknai berapa lama daun dan ranting bisa bersama dalam satu pokok pohon
tapi bagaimana daun dan ranting saling memberi arti ketika dalam satu pokok pohon
dan itu tetap terkenang, abadi
kadang, memang kita harus keluar dari zone aman. siapa tahu tanah yang gersang itu bisa jadi gembur, siapa yang nyangkul ? salah satu, yang berani keluar dari zone aman hhmm.. idenya siapa ? ... cosmos ! eh bukan !
Daun tetaplah pada ranting yang menginginkanmu menetap disana...bergayut lembut, bengkitkan gemirisik..pecah sunyi...
Daun..jangan tinggalkan ranting...menjulang dalam pohon yang gersang
wah sam...
no comment deh kalau kamu lagi sentimentil gitu..hehehe
wah..!!!
weleh2 mas Sam romantis banget...ciee..ciee., sam lagi sibuk yo, aku mbok di ajak bisnis sam, biar cepet jadi jutawan..hehehe.
oke sam kapan2 chat lagi
Post a Comment
<< Home