Sesaat Di Penghujung Lebaran

Tuesday, November 08, 2005


By Sam (09112005.23.44)
Secarik Langkah



Tak banyak yang bisa di kerjakan saat libur hari raya di jogja nanti, pikirku. Diluar ritual rutin untuk halal bihalal, ziarah dan mengunjungi sanak saudara tak ada hal menarik lagi yang bisa aku lakukan. Teman lama entah hilang kemana, untuk ke mall atau internet café sepertinya aku sangsikan ada yang buka di hari seperti ini. Satu-satunya cara mengeliat dari kebosanan, jauh hari sebelumnya aku merencanakan untuk bawa laptop itung-itung bisa untuk browsing di rumah. Ide yang luar biasa meski terkesan konyol. Betapa tidak, sementara orang lain mempersiapkan baju dan makanan aku justru menyiapkan mainan!

Agak mengejutkan ada antusisme dari Unai untuk menggelar silaturahmi di Jogja. Tak tanggung-tanggung dia akan menghubungi Ken, Isna juga Gita. Wah siapa takut! Setidaknya ini bisa membuatku melupakan tentang browsing barang sejenak. Walhasil tanggal 4 November 2005 kemarin aku bertemu dengan Unai dan hubby-nya. Niatnya sih di Pizza Hut, mengingat lidah jawaku tak terbiasa dengan pizza dan pasta tempat beralih ke KFC. Sayang sekali rekan yang lain keburu mudik. Pertemuan yang kurang dari satu jam ini benar-benar membuatku bersalah. Setidaknya akulah yang molor dari waktu yang disepakati karena harus mengantar ibu ziarah sementara sholat jum’at keburu datang. Hingga begitu aku kembali dari Madiun kembali aku hubungi Unai untuk kembali meng-arrange silaturahmi lagi dengan yang lainnya.

“Ok, nanti kita cari makan sekalian yang dekat abis itu ke Taman sari buat photo-photo” Jawab Unai lewat SMS, wah … photo-photo! Boleh juga. Rupanya Unai sudah tak sabar di photo.

Senin 7 November 2005, Sebelum jam 11 siang kau telah berangkat ke Kantor Unai di Muhamadiyah Ahmad Dahlan. Dan disana hanya ada Unai dan Isna. Selebihnya kembali absent! Sambil menanti matahari tidak lagi terik kami makan gudeg di Wijilan. Tak ketinggalan rujak buah jadi santapan ringan. Sambil ngobrol kesana kemari Kamera Digital Olympus Unai berulang kali terjepretkan. Jujur aku yang jadi salah tingkah. Se-narcistnya aku paling grogi bila di potret tanpa pose! Duh Unai teganya! Tak sampai sepuluh menit setelah makan kami sampai di Taman sari. Tak lupa di perjalanan meng-SMS pak Wisa minta kerelaan karena mantannya bersama kami untuk jadi model siang ini.

Image hosted by Photobucket.com

Taman sari masihlah eksotik meski nilai histories penampakannya terasa pudar oleh renovasi yang menghilangkan aura kelampauannya. Mulai dari pintu gerbang hingga kolam permandian tak terhitung berapa sesi pemotretan terselesaikan. Tanpa konsep tanpa alur. Yang penting bertebal muka berpose ditengah pengunjung lain. Tanpa malu apalagi ragu. Aku sempat heran Isna yang malu-malu ternyata teguh kukuh berlapis baja mau diarahkan untuk berpose, kekikukannya hilang dan tanpa pikir panjang melempar tasnya bila siap dipotret … bahkan bila dihitung photonya yang terbanyak! Unai tak mau kalah gak peduli ada atau tidak ada kamera. Ibu muda ini selalu berpose. Tak hanya tas, payungpun jadi obyek penderita posenya. Berulangkali komentarnya meluncur mengarahkan moment-moment bagus untuk di potret. Sementara aku. Entah nyaman saja untuk menjepret apalagi di jepret. Lupa untuk bersikap jaim. Hasilnya kami tergeleng-geleng melihat tingkah polah kami sendiri.

Begitu usai dari taman sari kami beralih ke Kraton Mataram Kuno yang tempatnya berada di ketinggian dengan segala keruntuhannya. Tak cukup di lantai dasar. Isana dan Unaipun mengajak naik ke bagian atap. Duh … !!! malu mengakui kalau phobia ketinggian terpaksa aku merangkak hingga sampai atas. Telapak kakiku bagai di gelitik sejadi-jadinya. Terakhir kami menuju sumur gumuling, satu sumur yang berada di tengah masjid bawah tanah yang berbentuk bulat. Disanapun ada terowongan yang konon menembus pantai selatan. Masjid itu telah tak berkubah bahkan sumur nyapu telah di tutup demi keselamatan. Disinipun berulang kamera kami terjepretkan tak henti. Menjelang pukul empat kami menyudahi photo session kali ini. Tujuan kami terakhir adalah ke fuji film untuk mentransfer data dari kameraku dan Unai. Beruntung laptop masih ada di mobilku hingga kami bertiga bisa memiliki file photo yang sama secara utuh tanpa buang waktu. Bila dihitung hamper 150 jepretan tersimpan di disk kami.

Sesaat di penghujung lebaran ini bagai satu hal yang tak terduga. Semua tak terencana mengalir begitu saja. Kembali terbukti bahwa kekuatan tulisan tidak saja berakhir pada satu ujung pena namun juga satu kekerabatan yang erat dan keindahan yang dinamakan …. Persahabatan!

Image hosted by Photobucket.com

posted by kinanthi sophia ambalika @ 11/08/2005 04:11:00 PM -

3 Comments:

Blogger isna_nk said...

waa.... kok ditulis sih.. tentang "mantan" itu.. jadi pada tau dech ^_^

terimakasih banyak lho mas.... telah jadi pengarah gaya yang baik dan sabar... jadi pengin difoto lagih... hihi...

btw.. paling susah mengarahkan "air muka" dan "mata" :D selalu ingin menertawakan diri sendiri dech jadinya :D


iya ya... fotoku paling banyak.. mungkin itu keuntungannya ga bawa camera sendiri ;)

7:59 AM  
Blogger nl said...

wah..serunya..
btw, taman sari setelah di pugar jadi bagus banget ya ?
jadi pengen ke yogya..

8:01 AM  
Blogger mamat ! said...

he he he, keren2 euy fotonya

8:19 AM  

Post a Comment

<< Home