Bilur Membenam

Friday, September 16, 2005

By Sam (016092005.16.24)
Secarik Cerita Pendek



“Jati Wangi, …. kosong-kosong!”
“Kosong… kosong!”

berulang kenek oplet meneriakkan tawaran ditengah sepi dan lengangnya terminal kecil penghubung Desa Karangjati ini dengan kecamatan Jatiwangi. Tak perlu berteriak semestinya karena hanya oplet inilah satu-satunya alat transportasi ke ibukota kecamatan terdekat, dimana jalur bus antar propinsi melewatinya. Tiap orang yang datang mau tak mau pasti berurusan dengan oplet jalur Jatiwangi – Karangjati ini. Tak ada yang lain. Ah … mungkin dengan teriakan itu kesunyian sedikit terkuak dan terlebih lagi eksistensi dia sebagai kenek tak perlu di pertanyakan lagi.

Aku orang kedua yang sejak seperempat jam tadi masuk dan duduk di pojok oplet. Sebelumnya telah ada seorang bapak dengan anak perempuannya usia sekolah dasar telah berdandan rapi mengambil tempat di sebelah sopir. Lagaknya mereka akan pergi ke pasar malam di kecamatan. Sengaja mereka berangkat sore hingga tak kemalaman sampai disana. Terlihat beberapa kali si bocah memandangku ke belakang di balik poni kusutnya dengan sesekali memainkan ujung kerah. Kusambut dengan senyum kecil. Segera berpalinglah dia.

Entah berapa orang lagi yang naik oplet ini, aku tak begitu peduli. Yang kutahu aroma hasil bumi makin tajam menyebar, dan di atas sana mendung mulai menggelayut mewarnai langit dengan gores kelabu. Tak berapa lama perlahan oplet mulai berjalan meski penumpang tidaklah penuh. Bukan tanpa tujuan bila dari Jakarta rela kutempuh 9 jam perjalanan hingga sampai desa sepi ini. Desa dimana masa kecilku tumbuh diantara pokok jati dan desa tempat aku membangun gua kesendirianku saat tanganku tak bisa menggenggam masalah. Dan yang pasti, desa tempat bapak dan emakku terkuburkan empat belas tahun lalu saat ajal tak bisa dihentikan. Inilah tempat yang tepat bagi kesendirianku.

Aku tak berlari sejauh ini. Aku hanya perlu waktu mencerna kata yang selalu kau ucap. Yang kau kata dan kau usapkan. Sebait kata … sayang!. Sejak langkah kita tak lagi beda. Kau tak luputkan hari dengan bait sayangmu. Kau bisik dan teriakkan. Bait yang membuat diri ini merasai selaksa bahagia juga bait yang selalu membuatku berfikir untuk selalu bisa memberi lebih dari yang kupunya.

Namun sebelah jiwaku ….

Apakah kau terlupa. Bait sayangmu juga menyesakkan aku. Membuatku selalu mempertanyakan siapa diri ini saat kuberkaca. Dan tak jarang melantakkan bara semangat yang ku punya.

Terabakah ….
Sayangmu sebenarnya bukanlah untukku, bait itu hanyalah untuk dirimu. Refleksi keposesifan untuk tidak kehilangan aku dan juga ke-egoan untuk menginginkanku seperti yang kau mau. Dalam sesak aku tiada pilihan untuk berbuat kecuali mengamini! Melepas keping demi keping keinginan, hasrat dan jati diri. Menjunjung balas sayang yang kau ucapkan.

Terasakah …
Kudalam lelah dan tatih melalui jalan kita. Ku selalu terkapar dalam hampa dan bentang tanya yang selalu kandas dalam jawabmu … dalam Bait Sayangmu.

………………..

Hujan telah membasah jalan tanpa aspal. Serseok oplet tua menembus derasnya hujan. Roda meninggalkan jalur memanjang di tanah merah. Hari ini ku kembali padamu sebelah jiwaku, kembali pada ketidak adaan pilihanku. Membiarkan hati ini tergores seperti jalur manjang di tanah itu, Ku akan menahan perih bekasnya yang menjadi bilur membenam.

Karena …

Akupun akan bisikkan bait sayangku padamu!



[Jangan kau harap dia akan mencintaimu sebagaimana kau mencintai dia, karena dia beda, karena dia akan mencintaimu dengan cara dia bukan dengan cara kamu]

posted by kinanthi sophia ambalika @ 9/16/2005 06:12:00 PM -

18 Comments:

Blogger yaya said...

Kenapa yaa saya merasa tersindir dengan postingan yg ini?hehehehe...

Jangan kau harap dia akan mencintaimu sebagaimana kau mencintai dia, karena dia beda, karena dia akan mencintaimu dengan cara dia bukan dengan cara kamu...walau caranya terkadang tak kumengerti...

6:45 PM  
Blogger unai said...

iya sih, kita sering gak nyadar, menuntut orang mencintai seperti kita, dengan cara kita...hiks...
tengkyu Mas Sam...

10:10 AM  
Blogger retnanda said...

hmm
bener sam...
yang penting.. cintailah dia seperti matahari menyinari bumi...

11:31 AM  
Blogger L. Pralangga said...

Sam,

Nevermind those words carefully crafted wishing in return of same..

Nevermind, those hopes as most times reality really kicking to the throat..

Only to give and continue giving, would things in return becomes seemingly of those you wished for..

Though the closest one youa re reaching for often comes out with things the opposite.. as faith continue to grow, then Insyallah, things will come out your way..

Let time and prayers work for you, once you think all efforts has been borne at your end.. The Above has His own will..

Surely nice to have read this entry.. I hope to find you in good health and positive sanity.. from the far west, I remain.. :)

4:32 AM  
Blogger Yunus Idol said...

tak ada yang lebih tulus
selain mencintai tanpa mengharap
cinta akan menemukan jalannya meski gelap
kadang kala menuju kita, kadang kala menuju orang lain
cukup berilah tanda bahwa kita siap menjemput dan menerima cinta
dengan ikhlas

7:55 PM  
Blogger mamat ! said...

hmmmm, ketika kita mencintai, kita harus siap untuk kehilangan.

7:00 PM  
Blogger Unknown said...

gila....berat topiknya..,....hihihihihihihi....

hebat

7:29 PM  
Blogger Kasih said...

:) yeah mamat.. i agreed with u. walaupun sebelum ketemu cinta itu, juga harus bersedia kalo2 cinta itu tak ada di hati dia... apa2 pon hidup harus diteruskan! :) kambate!!!!

8:10 AM  
Blogger ketket said...

Udahlah Sam, sama gw aja..promise deh pasti hidup lo akan penuh dengan warna-warni baru seperti celaan2 nista, keisengan2, dan bentuk2 vandalisme lainnya..hah gw bener2 ga bisa nulis kaya lo.

9:12 AM  
Blogger mamat ! said...

ya ampun Nang, abis ditolak gw elu kok jadi gitu sih.

9:49 AM  
Blogger ketket said...

Penting ya diungkapin di semua orang disini? Di blog orang?
*Hiks* Kenapa sih lo ga pernah paham..kenapa pria selalu seperti itu? Cuma bisa jelasin secara logika, tanpa menaruh perasaan di dalamnya? Kenapaaaaaa...* dengan gaya dramatis *

9:59 AM  
Blogger yaya said...

*ROLF baca 3 komen di atas...

10:29 AM  
Blogger mamat ! said...

sekarang bukan masalah penting gak penting ( sambil makan bakpia pathuk rasa keju dan kacang hijau ), tapi masalah nyadar atau gak nyadar, bahwa sebuah perasaan tidak bisa dipaksakan. Gak mungkin dong gw bilang suka, tapi hanya di mulut. ( jadi ingat lagu : lain di bibir lain di hati ). Udahlah it's over, hadapi ajah !!! ( sambil minum jus jambu dan bakpia lagi )

10:30 AM  
Blogger ketket said...

Bagiii dong bakpianya..*dengan sedikit anarkis merebut bakpia tersebut*
masalahnya *nyam-nyam* lo tuh suka ngasih harapan sih..pliss deh..semua cewek pasti suka diperhatiin kan,
lo mikir dong perhatian lo itu kan bisa disalahartiin. Jangan salahin gw dong, kalo gw jadi mikir lo *tuing-tuing* sama gw.
Giliran gini, lo bilang perasaan ga bisa dipaksaiin..huuu..sebagai cewek gw bilang itu ga adil...sekali lagi ga adilll...*mulai bersimbah air mata, namun tetap mengunyah bakpia rasa keju*

10:36 AM  
Blogger kinanthi sophia ambalika said...

Uampun gusti jabang bayi .... comment aku di pake arisan gini. walah tobil! (* sambil kluarin cemilan, sapa tahu peserta arisannya tambah mbludak!

Kukekekeke!!!

10:38 AM  
Blogger mamat ! said...

Bagi ? ... ternyata bukan cuma perasaan yang kamu mau tapi juga makanan. Gak ada jatah buat kamu (sekarang sambil makan roti ulang tahun teman secara bakpianya udah abis ).
Dasar wanita egois, penipu, posesif. Kamu gak pernah mencintai dengan tulus. Kalo kamu bilang sayang, sebenarnya itu ungkapan sayang ke diri mu, bukan ke aku. (sambil tetap mengunyah roti ulang tahun teman).

Sam , cemilan mu apaan ? *kekekekek*

10:53 AM  
Blogger ketket said...

Loh emang ada yang ulang taun ya? Kok gw ga dapet :(.

Ya udah deh Sam, aku minta cemilanmu aja..huahahahaha

12:20 PM  
Blogger yaya said...

This comment has been removed by a blog administrator.

2:07 PM  

Post a Comment

<< Home