Childish Side

Saturday, March 12, 2005

By Sam (110315.22.55)
[Clik the title: Maya & Bagus will show up]

Kepulangan ke Jogja, rumahku. Selalu membawa bahagia tersendiri. Bukan saja melepas jenuh keberadaan jakarta tapi lebih dari itu. Menemukan kembali kehangatan dan ketenangan berada diantara Ibu, dan keluarga lainnya. Disamping mengingat hidup yang pernah sejenak ditinggalkan.

Merasakan ciuman ibu kala menyambutku dan kakakku pulang adalah hal indah. Bisa jadi ini ritual rutin tradisi keluarga kami tapi, bagiku dua detik itu memberi makna mendalam. Bisa kurasakan ketenangan bahkan kekawatiran beliau di sentuhannya. Tatapannya selalu membuatku bersyukur bahwa aku berada dalam asuhannya. Kuingin waktu berhenti untuk lebih lama merasakan ini. Membuatnya tak berakhir.
“Oom…..!” Teriakan riang menyela itu membuatku sirna memikirkan ketakutanku saat pesawat berguncang di cuaca buruk sebelum pendaratan tadi. Maya & bagus, dua keponakanku menyambut kedatanganku. Kakak beradik yang cukup kompak namun jauh bertolak sifatnya. Keduanyapun cukup bongsor untuk ukuran umurnya. Bagus sang kakak cukup sabar, pendiam tapi aktif dalam urusan olah raga utamanya sepak bola, tipe anak yang tak banyak keinginan dan menyerahkan keputusan pada orang tuanya. Beda dengan si adik yang bisa dikata terlalu banyak mau dan cakap. Sikap yang tak jauh dari Oomnya sendiri. Aku!

“Tadi naik pesawat ya Oom” Tanya Maya di sela ciumanku dipipinya.
“Ehm…” Ujarku pendek. “Kalian makan apa sampai gemuk begini”.
“Ya makan nasi gitu loh!” Maya kembali cepat menyahut sementara bagus seperti biasa hanya mengeluarkan jurus senyumnya. Sembari menampakkan giginya.
“ Gitu loh…?” aku tertawa, rupanya kata itu tak hanya populer di jakarta Saja. Herannya anak kecil lebih cepat menyerap hal-hal baru begini.

Mereka berdua dengan sabar menungguku di luar kamar saat aku ganti. Seakan tak memberiku waktu istirahat. Maya telah menyodorkan boneka sponge Bobnya. Sementara Bagus sudah bersiap dengan pistol panah berujungkan karet yang bisa menempel di dinding. Keduanya tahu betul siapa yang bisa diajak bermain. Hal yang tak dilakukannya pada kakakku atau malah adikku yang lain.

Akupun seringkali meladeni permainan itu bahkan tepatnya menikmati. Berguling, melempar, berkejaran, menyeret-nyeret mereka dan bergelak bersama. Tak jarang dengan diam-diam kami pergi ke time zone, menonton gajah di alun-alun atau berputar keliling kota dengan motor. Keduanya tahu kalau akau tak pernah melarang apapun selama dalam batasan yang jelas. Bahkan aku tak segan untuk ikut dalam permainan itu tak peduli dimanapun. Ada kalanya slip terjadi, mereka memanggilku untuk join dalam permainan dengan temen sebayanya. Kalau sudah begini kurasa jaim memang perlu.

Kedekatan emosiku dengan anak-anak bisa jadi satu hal istimewa. Kadang justru sering mengejutkan karena tak jarang menemui mereka yang sama sekali belum aku kenal tapi langsung lengket bahkan sudah bisa berceloteh banyak tentang hal-hal yang awam. Bagiku sendiri bukan masalah yang besar bila membiarkan diriku berkunjung ke masa kecil itu sesekali waktu. Menghadapkan diriku kembali pada kepolosan dan kemurnian cara berfikir dan memandang. Melihat hitam dan putih lebih jelas lagi.

“Oom besok ke galeria yuk”
“Ngapain…?”
“Itu Oom main mainan yang diatas itu loh.”
“Time zone?”
“Ya … !”
“Ok ….”
“Habis itu mampir ke KFC ya Oom”
“Boleh …..”
“Beli Dora ya Oom, kayak punya Tata!”
“Mmmmm?”
“Hamster Juga, ya!”
“Waks…banyak amat?”
“Es krimnya yang di gardena juga enak lo, Oom!”
“Emang mau diapain?”
“Dibeli … lagi!”
“Kalo gitu uang sakunya minta Mama yack!
“Beressssss…!

Duh leganya!

posted by kinanthi sophia ambalika @ 3/12/2005 09:15:00 AM -

1 Comments:

Blogger mamat ! said...

ha ha ha, mengingatkan gw akan ponakan2 gw yang jumlahnya udah lumayan banyak. momen bertemu merea dengan segala karakternya membuat gw merasa bersyukur terlahir ke dunia ini

6:58 PM  

Post a Comment

<< Home