Berbagi Kekesalan Hati
Monday, August 07, 2006
Clik-Clik …
Hp Lelaki berbunyi ditengah kesibukannnya, sebuah pesan singkat terbuka dengan maksud yang singkat pula, “ BT nih, bantu gw dong!” Lelaki terdiam sejenak. Menekan tombol off dan melemparkan Hp itu ke laci. Ditutupnya!
# # # # #
Kling! …
Sebuah private message muncul di PC. Tiba-tiba. Lelaki membaca sekilas pesan “Mau curhat nih, gak sibuk khan,” Lelaki tak membalas. “Buzz !” ketidak sabaran di seberang dikirimkan. Lelaki mendiamkan, mengganti statusnya dengan invisible.
# # # # #
Tout-Tout …
Melodi private terdengar nyaring di Hp lelaki. “Kita ketemu di resto biasa ya, hari ini menyebalkan sekali,” Lelaki mengernyitkan dahinya, membalasnya “Aku lembur malam ini”. Tuuuut tuuuuutttt ............... Telpon diputus.
Lelaki menghela nafas. Menghirup bakal sumpah serapah dan kutukan sebagai sahabat yang tidak berhati, tidak peka ... tak bisa mendengarkan duka. Sudah biasa Lelaki menjadi tumpahan segala keluh kesah Dia. Cerita duka dan selalu cerita duka yang bisa jadi jauh dari urusan dan sangkut pautnya selalu di suarakan Dia ditelinganya. Dan kali ini tidak seperti biasa Lelaki menutup hati dan telinganya. Tidak biasa Lelaki terdiam dalam kelelahan.
Selama ini Lelaki telah terlanjur dianggap oleh Dia sebgai telaga yang memiliki keluasan dan kedalaman untuk menelan apa saja. Tanpa tertumpah tanpa tergejolak. Dan nyatanya Dia lebih suka melemparkan kekusutan hati ke dalamnya daripada rona gembira. Dia lupa bila tepian dan kedalaman telaga juga ada batasnya. Ada saatnya harus ditaburkan dan dibagi cerita suka agar warna kelabu berangsur kembali jernih, tidak sebaliknya menghitam dan berlumpur.
Lelaki tak bisa memahami kenapa Dia tidak datang untuk sebuah solusi daripada berbagi kekesalan hati. Arti persahabatan dipertanyakan. Apakah layak selalu membagi sahabat “duka” padahal banyak “suka” yang bisa diberi. Padahal bukanlah lebih berharga membagi setetes gembira daripada sebongkah nestapa.
Tout .. Tout ...Tout...
“Halo ..” Suara Dia di ujung sana “Gak jadi lembur ya?”
“Gak”
“Jadi dong ke resto, Udah gak tahan nih buat curhat,”
“Kita ketemu di cafe jalan Kemang itu yuk”
“Loh bukannya disana berisik dan gak bisa buat ngobrol karena selalu ada live music?“
“Memang, tapi telingaku butuh relaksasi malam ini!”
“.............................................................”
“Tuuuuttttt tutttttttttttt ................................
posted by kinanthi sophia ambalika @ 8/07/2006 03:39:00 PM -
13 Comments:
Lelaki ? Dia ? Telaga ?.
Agak susah juga yah kalau orang selalu menjadi telinga bagi mereka, sementara suara kita pun perlu didengar.
Berbagi kekesalan adalah berbagi sebagian dari hidup, karena hidup adalah untuk berbagi
aku yah? :(
*tapi aku nggak tau nomor telfon kamu :)):)):)):))*
This comment has been removed by a blog administrator.
Coba bilang gini ke sahabat lelaki itu:
maaf, aku gak bs jd telaga kamu sekarang. Karena aku jg lg curhat sama telagaku. Coba kamu curhat jg sama Dia, namanya Tuhan. Pasti Tuhan mau mendengarkan deh :)
jadi.. ga jadi curhatan donk ya.
wah sam
aku pernah berada di posisi si lelaki tersebut
ndak tanggung tanggung bahkan...
curhat kadang ber jam jam.. via phone..
namun. kadang hanya saat susah dan berduka saja ingat namaku
saat bersenang senang dan bahagia.. jauh lah namaku dari ingatannya. kalau perlu jangan sampai aku tahu kalau dirinya sedang berbahagia atau bersenang senang...
begitulah manusia sam...
jadi mikir.. apa sih arti sahabat?
mosok cuma jadi tempat sambatan aja?....
endingnya?....gimana?
mungkin dia perlu dikenalin ama blog. kalo mau curhat disuruh nulis di situ dulu, ntar dibaca (tapi jangan bilang: "bacanya kalo sempet") hehehe...
tapi kita termasuk orang beruntung, masih ada yang mau berbagi keluh dengan kita. Menyediakan telinga saja..dan memberi sedikit solusi bila dia mau mendengarkan.
boleh curaht gak sam :) curhat yuk =))
criiiing...
mo berbagi suka?
yuuuukkks
bawain buku yg udah ditandatangan ya?
hehehehe
Lelaki..
umpatkan saja kesalmu
teriakkan saja risaumu
biarkan
mereka tahu
gundahmu
Mas Sam, posting lombak OKS juga dong di Blog-mu..he..he...
berarti membagi kegembiraan juga jan?..hi..hi..
tapi soal postinganmu...kadang daku juga dijadikan trashbin oleh sahabat2ku...ya memang begituhlah orang baik..ciiieeeeee
itulah resiko menjadi telaga, tapi kita lihat sisi baiknya aja, ketika sampah melumut, akan menjadi santapan berguna bagi ikan yg hidup disana :)
Post a Comment
<< Home