Malaikat Bersayap Sebelah
Tuesday, April 11, 2006
By: Sam (07032006.12.10)
Secarik Cerita
Angin dingin masih erat membungkus tulangku namun kokok ayam telah membukakan mataku. Menggeliatkan aku untuk menyambut pagi yang masih muram. Subuh … selalu indah. Mataku dilukis dengan gurat saga matahari yang mulai lena, nafaskupun diraba dengan segar embun dan kabut yang menari-nari di pucuk-pucuk padi.
“Akar!”
“Ya … Mak.”
Salam singkat kami tiap awal hari terdengar nyaring di hening pagi. Panggilan dari emak untuk menyakinkan bahwa aku telah terjaga. Dan sahutan dariku untuk meyakinkan emakku bahwa aku telah siapkan diriku untuk dia.
“Cepatlah sholat!”
“Ya … Mak!”
Bergegas kutata dipanku seadanya. Kuambil sarung dan kuturuni rumah panggung kami untuk menuju teritisan di depan rumah. Aku ambil air wudhu. Membasahkan dinginnya air pancuran ini ke bagian-bagian tubuhku untuk satu kesucian. Untuk menaikkan doaku.
“Permisi Kang!”
“Oh.. Bunga, silahkan,”
Bunga melewatiku dengan wanginya parasnya. Melenggang diantara rekah senyumnya.
“Ke Pasar?”
“Ya Kang … mari!”
Tiap subuh Bunga menitipkan sapa dan senyumnya untukku. Menggoda hariku dan menari-narikan harapanku. Dan tiap pagi pula Bunga hanya menitipkan sapa dan senyumnya, yang akan di ambilnya begitu dia kembali. Bukan memberikannya utuh untukku. Mungkin Bunga tidak pernah bisa meyakinkan dirinya bahwa aku akan cukup kuat untuk menyangga kelopaknya ataupun menaburkan sarinya. Karena aku hanyalah akar. Kasta terendah yang hanya berteman dengan lumpur dan tanah basah. Teman Bunga adalah Kumbang yang selalu aku cemburui. Kumbang yang bisa membawa mimpi mimpi bunga terbang sejauh angin kembara membawanya.
Lima tahun aku dalam angan dan memimpikan Bunga. Menjadi sesuatu yang diinginkan Bunga. Meski kutahu Bunga tak pernah bisa memberi hati tapi aku cukup berbangga diri untuk menjadi bagian terkecil dari setiap kemauan Bunga. Menjadikan aku dalam pengejaran yang tak usai dan tak berujung. Lena dalam kebodohan yang menjadi hari-hariku mesti aku tahu aku hanya bisa mendapatkan cinta Bunga dalam semu.
Entah mengapa aku terlupa bahwa cinta bukanlah hanya sekedar kata memberi atau menerima. Tapi memberi DAN menerima sebagai esensinya. Selalu memberi tanpa menerima akan membuat kita dalam gersang dan selalu menerima tanpa mau memberi akan membuat kita hilang pijakan. Namun memberi dan menerima akan membuat kita dalam tumbuh dan penghormatan … dalam kerelaan.
Kita manusia adalah MALAIKAT BERSAYAP SEBELAH yang hanya bisa terbang bila mampu bersinergi dengan pasangannya yang hanya bersayap sebelah. Sayap kita sendiri taklah kuat memikul beban bila tanpa dibantu untuk saling meringankan. Dan sayap kitapun akan tanpa guna bila kita hanya menunggu uluran untuk diangkat terbang.
Bunga segera kulupakan. Dia bukanlah malaikat dengan sayap sebelah yang diciptakan untukku. Malaikat bersayap sebelah yang bisa saling meringankanku menggapai rembulan. Yang saling membahu kala angin datang.
“Akar!”
“Ya … Mak!” Aku tersadar dalam lamunku, “Mau sholat Subuh dulu, Mak!”
Di tepi mataku Bunga telah jauh ditelan kenyataan. Sapa dan senyumnya selalu dititipkan, akan aku simpan meski tak hendak ingin ku genggam. Kubergegas masuk bilikku menyiapkan sajadah panjangku. Aku akan kembali naikkan doaku bagi-Nya.
Doa untuk menggenapkan sayapku.
Doa untuk bisa mengajak terbang emakku.
posted by kinanthi sophia ambalika @ 4/11/2006 05:00:00 PM -
8 Comments:
Selalu enjoy menikmati cerita-nya Sam, walah jadi ketagihan nih. :)
huuhuhuhuhu... dirimu... dirimu... it's a nice story... dalem banget yeeee :P
hmm.., kayanya bakal ketagihan baca blog ini deeh... :)
Benarkah..kita hanya bersayap sebelah? lalu...kamana sayap kita yang sebelah lagi? Tak mampu mengepak jika tak lengkap...
temukan sayap lainnya agar mampu membubung tinggi meraih awan
weheheh.. seru banget ceritanya.. top pak!!!
seperti ketika kita berharap separuh hati ada pada tempatnya, untuk tetap menjaga udara tetap bergulir dalamnya kah?!
-- wonderful illustration you made ;)
Halo mas Sam, apakabar? Wuih mas lagi bersayap-sayap patah juga ya.. aku juga nih mas, abis lagi sedih aja bawaannya setiap hari. hehehe, mas aku ganti URL ya,, yang kemaren udah ga dibayar-bayar lagi..
Nada Taufik
http://www.filmsindie.com/pinkrebels
Mas Sam, saya punya dua jempol tangan, dua duanya ku acungkan buat seluruh tulisannmu..maaf, mungkin agak kurang sopan, kutambahkan yg kaki juga supaya seluruh jempol terarah padamu..
kok rasanya belon cukup, ku pinjam saja jempol setiap orang yg kujumpai buat mengagumi karya karyamu...Salut !!!
Post a Comment
<< Home