Petualangan Backpacker Lombok [Part 1]

Tuesday, April 25, 2006


By Sam ( 24032006.14.03)
Secarik Cerita Perjalanan Bali Lombok 12-17 April 06


Bulan merah tidak lagi utuh, namun masih menyisakan terang bertemankan kilau bintang. Sejam lagi ferry Pelangi Nusantara yang menyeberangkan kami dari Lembar – Lombok akan tiba di Padang Bay – Bali. Arlogiku belum genap menunjukkan pukul 4.05 WITA terlihat ke lima rekan perjalananku yang sebagian besar teman tenis masih lelap tertidur di ruang ABK yang kami sewa selama perjalanan malam ini. Ferry meluncur pelan, gelombang besarpun telah ditinggalkan. Kupandangi buritan dari anjungan, pulau Lombok tak tampak. Bisa jadi mataku tak bisa memandangnya lagi tapi tidak demikian dengan ingatanku. Setiap jengkal setiap riak emosional yang kami alami dua hari ini, masih sedemikian mengendap. Tak mungkin terlupa! Tak aku sangka perjalanan lanjutan ke Lombok dari Bali secara “Backpacker” kali ini memberi begitu banyak kejutan tak terduga.

# # # # #

Setelah jadwal 3 hari kami usai berkeliling Bali, di hari ke 4 tepatnya tanggal 15 April 06 pukul 05.30 kami berenam (Sam, Retnani, Woro, Vera, Oce dan Mamat) meninggalkan Hotel di kawasan Legian menuju Padang Bay pukul 05.30 WITA. Kami tiba di pelabuhan 1,5 jam kemudian tepat saat ferry keberangkatan pukul 06.00 baru saja menarik sauh. Kami kecewa karena hanya mendapat tiket seharga Rp 20.500,-/ orang untuk pukul 09.00. Sementara itu setelah lama menunggu karena adanya gelombang besar hingga pukul 10.00 ferry untuk keberangkatan pukul 07.30 belum juga berangkat. Kejengkelan kami bertambah karena beberapa calo angkutan darat maupun laut sudah mulai berkeliaran mengganggu kenyamanan kami dengan penawarannya yang mencekik. Dan kami makin kawatir karena tujuan akhir kami di Gili Trawangan semakin tertunda dan tertunda. Hujan yang turun dan lintas semrawut arus penumpang dan kendaraan berat yang masuk ferry menambah muramnya perjalanan ini. Kami tak bisa berbuat banyak. Begitu susahnya hidup di Negri ini.

Beruntung pukul 11.00 fery Pelangi Nusantara yang kami tumpangi mulai bergerak. Kami makin lega karena cuaca mulai cerah dan kamipun mendapat kamar ABK di anjungan yang bisa di sewa Rp 50.000,- untuk istirahat. Semangat kami mulai naik dan pulih. Kegembiraan menyelimut sepanjang perjalanan yang memakan waktu hingga 5 jam. Seakan tak dapat disembunyikan ketakjuban kami saat ferry mulai meninggalkan Padang Bay dan merapat di Pelabuhan Lembar yang di himpun oleh indahnya biru laut dan lekuk teluk-teluk yang menawan. Sekawanan lumba-lumba terlihat beberapa kali muncul, bermain dan mengikuti ferry. Sungguh menggemaskan. Terlebih semua rekanku belum pernah jalan dengan ferry ke Lombok kecuali aku. Tak terhitung berapa jepretan berkilat dari kameraku. Puas!


Image hosting by Photobucket


Kegembiraan kami tak berlangsung lama saat kami turun dari ferry. Mobil charteran yang kami tawar untuk membawa kami ke pelabuhan Bangsal untuk menyeberangkan kami ke Gili Trawangan memberikan harga yang tidak masuk akal [Rp 350.00 - Rp 300.000]. Paksaan dan tawar-menawar dengan para calo dan preman yang tak adil membuat posisi kami kembali lemah. Tak ada pilihan lain kecuali menelphon temen mencari bantuan untuk memperoleh penawaran harga yang wajar. Dengan sedikit trik kami pura2 keluar pelabuhan. Beruntung kami mendapatkan mobil lain dengan penawaran yang lebih masuk akal. Rp. 130.000,- !. Tak berfikir panjang berenam kami bergegas naik. Mobil kami minta melaju cepat, kami hanya punya waktu 1,5 jam untuk mencapai bangsal sebelum jam 5. Kami kawatir boat yang membawa kami kesana tak lagi ada. Mobil Hi-Jet ini demikian tak nyaman untuk disebut angkutan. Larinya tak kencang, tempat duduknyapun tak nyaman. Belum lagi bunyinya sungguh memekak dan beberapa kali klakson panjang dibunyikan. Tak banyak yang bisa berdisiplin mengemudi di Pulau ini.

Mendung makin hitam hujanpun mulai deras turun. Ahh! Kami benar-benar kembali kecewa. Untuk kesekian kalinya kami berada dalam titik terendah kejengkelan. Untungnya mobil ini cukup tangguh mesti bocor di sana-sini. Banjir dilalui bahkan turunan dan tanjakan di hutan monyet yang luar biasa kelokannya dilalui dengan mudah mesti jantung kami ikut berdetak tak menentu. Saat keluar dari hutan monyet hujan reda sedikit demi sedikit, beberapa monyet keluar. Tebing dan jurang yang terpahat indah di sela pohon-pohon tua membuat kami takjub dan tak henti-henti terpekik menyebut nama-Nya. Terlebih saat laut dan Gili Trawangan terlihat dari kejauhan. Luar biasa.

Image hosting by Photobucket


Kami harus menambah Rp 20.000,- ribu lagi untk tips dan ongkos masuk ilegal ke pelabuhan Bangsal. Dibangsal rupanya ujian kami belum putus. Kembali di pelabuhan ini kami harus beradu urat syaraf karena para calo dan preman boat menawarkan harga Rp 35.000,- per orang untuk meyeberang dari tarif resmi Rp 8.500,- per orang! Alasan mereka sudah terlalu sore tidak ada boat umum lagi jadi kami harus mencharter. Dan kembali kami kalah posisi mengingat hari telah malam dan kami tak bisa kemana-mana lagi kecuali menyeberang. Setujulah kami dengan harga Rp 20.000,-per orang dengan ketidak relaan. Barang-barang dan persediaaan makanan yang kami borong dari bangsal kami naikkan boat. Perlahan boat melaju di tengah rintik hujan yang belum berhenti. Belum sampai di tengah tujuan kapal beberapa kali terguncang hebat dan deru mesin boat seakan terdengar terputus karena ombak sore demikian besar. Kami berteriak beberapa kali sembari berhamburan mencari tempat yang tak basah. Dibelakang kemudi anak-anak perahu hanya tersenyum geli melihat tingkah dan ketakutan kami. Ampun! Aku tak berani keluarkan kamera SLRku meski pemandangan senja demikian menakjubkan. Aku tak mau beresiko dengan gelombang sebesar ini tapi saat memandang kebelakang pelangi kembar melengkung memayungi Bangsal. Indah dan luar biasa. Tak pikir panjang lagi kamera aku arahkan ke sana dengan beberapa jepretan cepat, secepat ketakutanku yang belum surut.

Lima puluh meter mendekati Gili Trawangan yang berjajar dengan Gili meno dan Gili Air ketakjuban kami akan keindahan sunset, pasir putih dan beningnya air laut hingga dasar laut terlihat seakan tak terkatakan. Seakan terbayar sudah kelelahan kami seharian ini yang penuh dengan ujian gelombang emosional. Kami berteriak kegirangan tak sabar untuk segera menjejak pasir dan merasakan keindahan pantai. Begitu boat merapat bergegas barang-barang kami tumpuk di bawah perdu laut. Retnani dan Mamat dapat tugas mencari penginapan sementara Oce dan Woro telah lebih dahulu berjalan mengelilingi pulau melihat situasi. Mestinya aku dan Vera yang mendapat tugas jaga barang dan ransel-ransel. Vera tergoda untuk mengumpulkan kerang sementara aku sudah tak tahan untuk berenang. Tanpa pikir panjang akupun telah basah dan berlarian diantara pasir dan air pantai. Matahari tak lagi terlihat namun pantai ini masih terang. Woro dan Oce yang akhirnya kembali tak berapa lama telah ikutan basah tergoda untuk menikmati pantai ini. Kapan lagi!

Image hosting by Photobucket


Gili Trawangan adalah gugusan pulau kecil di lepas barat daya pulau lombok dengan keliling 45 menit dengan sepeda santai. Vegetasi berupa kepala banyak terhampar memenuhi pulau. Pasir putih, jernih air dan keindahan sunrise menjadikan tempat terpencil ini bagai surga. Penginapan bertebaran di sisi pulau sebelah timur dengan harga terjangkau. Penduduk yang mayoritas moslem cukup bisa mengerti dengan polah turis-turis yang berpakaian minim menikmati pantai dengan snorkling, diving atau naik banana boat transparan sehingga mudah melihat dasar laut. Jangan harap banyak tempat yang bisa menyediakan makanan enak di sini. Namun cukup banyak toko kelontong yang menjual obat nyamuk dan toiletris mendadak bila dibutuhkan.

Penginapan Beach Wind seharga Rp 140.000 untuk 2 kamar cukup bersih untuk kami tinggali. Malam ini kami makan di restoran borobudur di atas bale-bale. Restoran ini paling enak di pulau ini tapi tetap saja lidahku tak bisa menikmatinya karena rasanya tak cocok di lidahku. Beruntung aku cukup lapar sehingga dengan cepat beberapa makanan yang kami pesan tandas seketika. Kami sepakat untuk tidur cepat agar bisa melihat sunrise esok hari. Ada sesal kenapa kami tak lebih panjang tinggal disini. Kami tak menyangka begitu mempesonanya tempat ini.

Gemerincing cidomo kendaraan tradisonal semacam dokar mengiring kami kembali ke penginapan. Terakhir kalinya aku lihat bulan yang tak lagi bundar dalam bayang awan di sela pepohonan di tepi pantai. Kaki telanjangku menapak bulir pasir yang menyejukkan. Terima kasih Tuhan kau ciptakan setitik surga di tanah gersang ini untuk sedikit kami nikmati. Untuk sepenuhnya kami syukuri.

[bersambung … ] .... Tunggu cerita penyanderaan kami :)


posted by kinanthi sophia ambalika @ 4/25/2006 10:10:00 AM -

9 Comments:

Blogger Bunda RaRa said...

sam,hehehe..baru mampir
kok lo ga ikutan lomba foto BF seh,...foto2 lo pdhl cakep2 banget loh

sumpah ! (g tersepona ama yg pelangi kembar)

3:41 PM  
Blogger Bunda RaRa said...

btw, hehehe ampe lupa,
1.sam, vote buat g dong,nasi goreng mbok'e ..masuk ke forum dapur, klik tips and trick vote gue deh
happy voting yah...hehehe
2.oleh2 kebali nya manah,..awas lo kopdar nanti g nagih ah...hehehe

3:43 PM  
Blogger Ryu Tri said...

nice journey..doooh bagus2 bangedd pict nya itu sunsett doohhh biru bangeedd..seneng..seneng...ngikutin ceritanya ama liyat gambarnya aja udah seneng, apa lagi ikutan jalan2nya //ngarep

4:30 PM  
Blogger Apey said...

wow!! bagus bangetttt foto2nya Sam. You such a great photografer!!
Nice journey story. Kayaknya seruu bgt ya..erggh...jadi pengen ke Lombok neh..hiks kok kmaren aku ditinggal seh :P

6:41 AM  
Blogger nl said...

gili trawangan masih tetep bagus kan..? mmm...senangnya..

7:46 AM  
Blogger Iwok said...

Keren banget Sam jurnalnya, foto2nya juga. wah, asyik ya bisa travelling begitu.

Anyway, selamat bergabung di ruang rapat! hehehe

8:07 AM  
Blogger ime' said...

huhuhuhuhu.... foto-foto lo keren abiiiiiiiiiiiissssssssssssssss... gue suka yang biru itu lhooo... and that rainbows... geezzz.... udah lama nggak ngeliat rainbow, sign of a covenant...

backpacking? lain kali kalo' mo' pegih-pegih, gue ikutan dong... udah lama nggak nge-backpack... and i miss those moments a lot...

9:10 AM  
Blogger retnanda said...

wah...
pics nya bagus bagus sam
aayo...
mana yang lainnya.....
katamu ada 1021 foto?
hahahah
...

1:30 PM  
Blogger Lili said...

Congrats yaaa, welcome to ruang rapat SAM, kamu hebat.

Photo kamu juga paling banyak tuh yg pilih...waaa multy talent.

2:50 PM  

Post a Comment

<< Home