TarLing Nyok … Nyok … !!!

Tuesday, October 11, 2005


By Sam (11102005.09.33)
Secarik Langkah


Kontras dengan Ramadhan tahun-tahun lalu saat aku masih ada di Otista. Kini keberadaanku di Malaka cukup membuat jarak antara kantor dan rumah makin jauh. Normalnya akan dicapai dalam 20 menit tapi saat ketidak normalan satu jam bisa jadi baru sampai rumah. Berkaca pada pengalaman hari pertama puasa lalu aku lebih memilih berbuka dan tarawih di sekitar kantor daripada jamuran terjebak diantara kemacetan. Nasib baik beberapa temen tenis melontarkan ide TarLing (Tarawih Keliling). Maunya dengan BukLing (buka Keliling) tapi ide yang belakangan ini tak begitu banyak respon. Selain keterbatasan waktu juga beberapa teman punya kebiasaan buka hanya dengan makan kecil selebihnya akan diteruskan setelah tarawih seperti aku.

Tak banyak dari kami yang aktif Tarling karena beberapa alasan namun ini sama sekali tak menyurutkan jadwal bagi beberapa gelintir diantara kami yang sudah berniat untuk Tarling. Aku sendiri melihat Tarling sebagai satu bentuk wisata yang menarik. Selain wisata religius tentunya, tarling juga membawa ke wisata kuliner. Ah! Tak jauh dari makanan rupanya. Setidaknya setelah tarawih dan lapar memanggil tak ada pilihan lain kecuali meng-explore makanan unik di beberapa tempat sekitar masjid yang kami singgahi.

Satu pengalaman menarik selalu aku temui mengingat tidak banyak masjid di Jakarta ini yang telah aku sujudi. Tak jarang pengalaman menarik sekitar arsitektur, interior dan tata cara beribadah mencuat meninggalkan satu cacatan kecil. Berikut diantaranya:



Image hosted by Photobucket.com




Masjid AL- MUHAJIRIN (Taman Malaka Utara)

Berada 100 meter-an dari tempat tinggalku masjid Muhajirin murni di bangun dengan swadaya masyarakat. Mengedepankan fungsionalitas membuat masjid ini jauh dari kata indah apalagi artistic. Namun meski lantai dua belum selesai di bangun suasana di dalamnya sungguh bersih dan nyaman. Tak lain ini karena peran bukaan jendela yang full mengitari masjid memberikan sirkulasi sempurna bagi aliran udara. Ibadah dijalankan dengan 8 raka’at tarawih, 3 kali witir serta ceramah di mulanya. Tata cara ibadahpun diatur sedemikian rupa hingga cukup tertib. Masjid ini banyak di kunjungi oleh warga Tamara (Taman Malaka Utara) wajar bila akhirnya begitu banyak hal protokuler yang terjadi. Sangat di sayangkan secara akustik masjid ini kurang bagus. Terlebih bila saat adzan, tak banyak dari kami yang bisa mendengar dengan jelas saat dirumah. Meski sedemikian dekat.

Tak ada wisata kuliner di sini karena dekat rumah mau-tak mau santap malam diadakan di rumah. Beruntung Bro-ku yang berkeyakinan lain cukup piawai membuat kolak dan beberapa lauk penutup hingga hari pertama puasa hari ini cukup banyak aku syukuri.

Masjid AL HIDAYATULLAH (Belakang Anggana Danamon Karet)

Mulanya sempat terjadi pertentangan saat pembangunan Wisma Anggana Danamon akan menggusur masjid yang masuk cagar budaya ini. Tapi akhirnya keberadaannya dipertahankan dan berdiri dengan unik dalam satu blok gedung perkantoran denga ciri betawinya yang khas. Masjid ini terdiri dari beberapa massa bangunan yang menempel pada bangunan asli. Sebagai pusat kajian agama beberapa fungsi massa tidak saja di fungsikan sebagai tempat ibadah namun juga ruang pertemuan, perpustakaan dan beberapa fungsi lain. Bahkan kita masih bisa menjumpai beberapa makan yang terawat dengan indahnya. Interior ruang utama penuh dengan ukiran kayu bertuliskan huruf kaligrafi dan lampu-lampu klasik menggantung beberapa buah. Cukup memberikan sentuhan khas dan eksotik yang natural. Mengusung total raka’at tarawih dan witir hingga 23, tak jarang setiap rakaatnya menjadi terburu-buru. Belum lagi masa bangunan yang terpisah membuat beberapa jamaah terpisah padahal kesemuanya tidak dalam keadaan penuh. Sebenernya sholat di beranda dengan pemandangan makam dan beberapa pohon kelapa memberi kenyamanan selain teduh dan semilir suasananyapun terasa beda, hanya saja karena letaknya tepat di depan jalan raya tak jarang klakson dan deru mobil cukup mengganggu kekusyukan. Hal unik lainnya infaq tidak dipungut melalui kotak berjalan, melainkan beberapa orang berkeliling denganmembawa kantong hijau mengitari jema’ah.

Ayam Gantari, Bakmi Garing atau ayam Tohjoyo adalah beberapa pilihan wisata kuliner yang bisa dicicipi sehabis tarawin. Tak jauh cukup menyeberang ke arah Casabanca. Bila ingin lebih otentik ada soto Eling-eling Banyumasan kesukaanku, soto bangkong, soto konro ataupun soto gebrak dan sederet rumah makan padang bila kita mau sedikit berjalan lebih jauh hingga ujung jalan casabanca yang berbatasan dengan Tebet.

Masjid AL HIKMAH(Belakang Jakarta Theater Thamrin)

Aku lupa namanya, mungkin masjid Al Hikmah namanya. yang pasti saat itu rekan mengajak meeting di Starbuck hingga buka. Al hasil perutku tak tahan mencerna kopi hingga begitu tersiksanya sepanjang malam. Supaya waktu terkejar aku putuskan Tarawih di masjid tersebut. Masjid ini cukup tua dengan renovasi pada bangunan utamanya yang tidak begitu menyatu dengan bangunan existingnya. Letaknya yang di kitari area perbelanjaan dan perkantoran memberikan imbas suara blower pembangkit AC yang cukup gemuruh di dalam masjid. Renovasi masjid telah usai dan meninggalkan sentuhan minimalis dengan permainan ubin terakota yang ditempel di sekujur depan mimbar. Gradasi warnanya menunjukkan kesejukan dan kesimpelan yang utuh tanpa basa basi. Sesimple dan sehening tatacara ibadah yang ada di dalamnya. Bahkan untuk ceramahnya sekalipun. Aku hanya mengambil separoh raka’at dari total 23 yang ada. Selebihnya aku meski bergulat dengan kafein yang terlanjur aku minum saat buka tadi.

Apapun pilihan makanan semua ada disini. karena masjid ini tak jauh di sabang dan pusat keramaian lainnya seperti sarinah dengan sederetan restonya atau Jakarta theater dengan beragam resto waralabanya. Tinggal pilih. Mau rasa tradisional atau internasional. Kalau aku hanya menghindari dua hal, kopi dan pizza … cukuplah!

Masjid AL FALLAH (Benhil)

Sebagai pusat kajian agama di sekitar Bendungan Hilir masjid Al Fallah cukup megah berciri khas sebagai bangunan 2 lantai dan dominasi kubah berdiameter hingga 10 meter, bangunan ini mencolok dan mudah dikenali. Ibadah di pusatkan di lantai 2 dan dari sini kita bisa melihat bagian dalam kubah yang di penuhi dengan hiasan grafis dan kaligrafi dominasi warna hijau yang indah. Tepat di tengahnya terdapat lampu gantung berbentuk rangkaian bunga yang begitu semarak. Tata cara ibadah cukup teratur, total raka’at yang hanya 11 berjalan cukup panjang karena tiap raka’atnya dilagukan dan dipilihkan ayat yang panjang. Saat ceramahpun penceramah menukar tempat hampir di tengah ruang agar lebih komunikatif. Selain kotak infaq yang diputarkan ada pula beberapa amplop yang di edarkan dalam tenong bambu oleh pengurut masjid untuk menjaring sedekah dari jamaah. Sangat disayangkan keberadaan kubah di masjid ini tidak ditunjang dengan struktur bangunan yang tinggi dan bukaan yang lebar sehingga kubah memperangkap sirkulasi udara. Akibatnya belasan kipas angin yang disebar di sekitar langit-langit tak cukup memberikan kesejukan. Sajadah panjang yang berupa karpet tak terlekat dilantai hingga terkesan berserak dan menyandung saat jalan bila tak waspada. Catatan lain masjid ini kurang begitu bersih utamanya areal depan masjid terlihat beberapa sampah, kering dan berdebu.

Banyak santapan bila ingin berwisata kuliner di Benhil. Mulai dari rumah makan padang sederhana yang mula berdiri hingga pusat-pusat keramaian kecil yang mengelompok dan menyajikan ragam makanan. Bagi aku tak banyak pilihan karena aku hanya cocok dengan rumah makan sederhana di jalan raya benhil dengan ayam pop-nya atau soto sulung di dalam pasar benhil. Namun belakangan ada Rumah Makan Aceh dengan suguhan mie aceh dan ayam tsunaminya yang membuat aku tak bisa beranjak.

Masjid AL HAKIM (Menteng)

Tua, eksotik dan hi tech. Mungkin kata-kata itu yang tepat untuk menggambarkan masjid tua yang berada di deretan ruko di menteng ini. Seperti juga layaknya sebuah ruko masjid ini tak mempunyai bukaan jendela hingga mautak mau AC lah yang dipakai untuk penghawaan. Sesaat masuk masjid terasa aroma bunga menyeruak, wangi yang berasal dari rangkaian sedap malam di depan mimbar lantai dua dan taburan melati dan pandan di sekeliling ruang masjid. Imam berada di lantai 2, supaya jemaah lantai satu bisa mengikuti gerakan imam di lantai dua ditaruhlah 2 buat televisi plasma 42 inch, fujitsu! Dan seperangkat handycam serta pengatur sound! Tak tanggung-tanggung speaker yang digunakan adalah BMB! Yang lebih menarik lagi untuk menutup ducting AC central di hiaslah langit-langit dengan berlembar kain kuning membentuk kerucut. Secara keseluruhan tampilan masjid ini sangat sederhana bahkan ornamennya kebanyakan dari sterofoam yang di cat dan dibentuk secara grafis. Namun sentuhan berupa peralatan yang hi tech serta Kaligrafi dengan ukuran superbesar yang elegan membuat tampilannya berbeda. Terlebih lagi dengan tatacara ibadah yang demikian teratur, rapi dan terstruktur. Penceramahpun terkesan akrab dan mutu bahasannya lumayan menyentuh memberikan point tersendiri bila sholat disini. Meski ceramah di adakan di akhir 11 rakaat namun segelintir orang yang beranjak dari ruang.

Tak lupa bila kita keluar masjid. Segala ragam aroma makanan telah menyeruak memenuhi udara memanggil perut-perut lapar untuk di isi. Apapun ada! Malam itu aku menyantap sate padang yang lumayan enak bersama segelas jus jambu biji plus tambahan tahu gejrot dan beberapa gerilya di makanan teman seperti bubur ayam, sate ayam, sate kambing dan nasi garing kambing. Mmmmm sepertinya tak perlu sahur buat nanti malam ….


Seperti juga berwisata, Ramadhan kali ini moga terjalani dengan ikhlas dan syukur…. dengan kesungguhan dan kesadaran untuk selalu menjadi lebih baik dan lebih baik ….


posted by kinanthi sophia ambalika @ 10/11/2005 02:28:00 PM -

5 Comments:

Blogger retnanda said...

wah.. boleh juga idemu itu sam.. tarawih keliling..
biasanya yang keliling rombongan umat dipimpin kyainya.. sekarang.. umatnya yang keliling sendiri...
hahaha... boleh boleh...!!
kalau aku mah.. sudah 10 tahun terakhir ndak pernah teraweh di masjid.
jaga anak anak...
dan memberi kesempatan "oshin" untuk bersosialisasi dengan temen2nya saat teraweh...
...
begitulah.. mak mak..hehehe

3:20 PM  
Blogger mamat ! said...

Hmmmm, what a great activity. Ibadah dapat, wawasan bertambah. Semoga bulan Ramadhan ini mendatangkan keberkahan kepada kita semua.
Amiin.

3:54 PM  
Blogger yaya said...

Semoga tambah semangat yaa ibadahnya :)

12:10 AM  
Blogger dodY said...

met puasa ya, mas!

4:28 PM  
Blogger nl said...

dulu semasa kuliah, pernah juga tarling di bandung, bareng dg temen-temen.
seru..seru..kapan ya..bisa begitu lagi ?

12:20 PM  

Post a Comment

<< Home