Baju Baruku
Monday, October 22, 2007
Ceritaku
Takjil yang disediakan masjid kembali tak tersisa. Semuanya ludes untuk buka bersama. Tak hanya para pendatang yang sengaja singgah saja yang memakannya namun juga orang-orang papa sepertiku yang menghabiskannya. Untungnya aku tak perlu mengantri untuk mendapatkan ini. 4 tahun keberadaanku disini menjadi semacam kartu keanggotaan yang permanent. Akupun mulai terlibat membantu sana-sini walau tetap sebagai kaum yang disuruh tapi setidaknya Pak Haji Fait telah menyisihkan bagianku hingga aku tak perlu berada di barisan panjang penunggu giliran.
Ritual taraweh malam ini tak berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Tak beda pula dengan bulan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Baris-baris shaff di bagian belakangpun yang biasanya penuh mulai hilang dan tinggal menyisakan 5 shaff yang tak penuh di bagian depan. Entah kemana mereka perginya. Bisa jadi telah berada di kampong mereka atau shaff-shaff itu telah pindah ke mall-mall untuk persiapan lebaran atau restoran-restoran tempat buka puasa bersama digelar.
Shaff-ku masihlah tetap disini dengan keanggotaanku yang permanent. Karena rejekiku tak cukup untuk dibelanjakan di mall dan tidak ada kolega yang harus aku jamu di restoran untuk buka bersama. Aku masihlah disini dengan kepapaanku dan jemaah masjid yang mulai mengering.
“Pak Haji, apakah saya sudah dewasa?”
“Hahaha … apa maksudmu?” Tanya Haji Fait penasaran.
“Apa saya sudah diperbolehkan ikut takbir keliling naik truk nanti ?” Kataku berharap. “tahun tahun lalu Pak Haji tidak mengijinkan saya dengan alasan saya masih kecil”.
“ ……….. “ Haji Fait menganguk. Sayapun tersenyum lebar.
Mungkin di atas truk inilah nanti aku bisa memuaskan dahagaku seperti mereka-mereka yang memuaskan dahaganya di mall ataupun restoran dalam menyambut Idul Fitri.
“Sudah punya baju baru Nak?” Tanya Haji Fait tiba-tiba.
”Apa untuk takbir nanti harus pakai baju baru Pak Haji ?” Tanyaku was-was.
“Maksud Bapak untuk lebaran”
“Mmm … sudah-sudah.”
“Oh ya.”
“Ya Pak Haji, ini bajuku,” Ujarku sembari menunjukkan bibirku. “Bibir ini adalah baju baruku untuk menyambut Idul Fitri nanti. Bibir ini akan membawa semangat baru dengan menyerukan takbir!”
……………………………
“Pak Haji terima kasih telah memberikan tempat untukku untuk bisa memakai baju baruku.”
Labels: Ceritaku
posted by kinanthi sophia ambalika @ 10/22/2007 08:42:00 AM -
3 Comments:
Kebanyakan dari kita mulai tidak bisa merasakan kesucian dari idul fitri, saat kita terlalu sibuk untuk menghiasi fisik kita dengan pakaian baru.
tulisan yang membuat saya kembali merenung.
ah...seandainya semua yang berlebaran kemaren berpikiran sama dengan tokoh 'aku' si anak kecil lugu tapi cerdas itu..
^_^, nice story..
btw, mas.. mitra link yaa... :)
Post a Comment
<< Home