Bunga, Buah Dan Pohon

Sunday, January 30, 2005

By: Sam (300105.11.39)

Arik sepertinya tak perlu pontang panting menghadapi aku dan Yudha. Malah beberapa strategi yang kami susun berantakan entah karena kami berdua yang kurang kompak atau keberuntungan belum berpihak (bila tak mau dibilang kalau memang kami kalah kelas). Aku sangat amat yakin sekali arik akan berbesar hidung bila mambaca pengakuan ini. Minggu ini jadwal ke 4 kalinya kami bermain tenis bersama, masih ada kawan yang lain. Derry dan Edwin. Kami berlima ... meski tidak bisa dikatakan lima sekawan. Kami bukanlah kelompok detektif cilik yang ada dalam novel saat kami anak-anak bukan pula kelompok lawak. Tapi keberadaan kami tak pernak lepas dari gelak dan tak pernah lepas untuk ide2 baru. Mulai dari mau ikutan kuis di TV, main golf, juga rame-rame berkaraoke. Bahkan satu hal yang parah kami tak pernah lepas dari kamera.

Entah berapa puluh photo kami ada dalam scandisk Digicamku. Tak hanya photo saat main tenis, saat makan bahkan sebagian besar photo nampang telah siap dikirim ke masing masing email tiap hari seninnya. Dan mereka makin kreatif untuk buru buru mensubmit photo itu ke mailist Men’shealth Indonesia tempat kami saling kenal seblulan lalu atau mengisi data diri mereka di Frienster .... sekedar TTP (teber-tebar pesona)

Hampir dua tahun lebih keberadaanku di Jakarta ini hampir tanpa kawan dan sosialisai. Bukan hanya alasan kesibukan, tak adanya jaringan dan ketertutupanku ikut andil dalam memberi peran. Aku hampir-hampir sendiri. Hingga sahabat dari Malaysia memperkenalkan dengan Friendster. Dan akupun mulai akrab dengan mailist juga blog. Media maya yang memberi realitas artinya berteman dan memiliki jaringan ditengah keterbatasan ruang dan waktu juga jarak.

Kelompok tenis MHIku merupakan satu buah kecil yang dipetik dari dahan media virtualku. Masih ada buah buah lain yang memberi manis dan warna makna perjalanan ini. Kuyakin tak kan muncul bunga selama aku tak mampu untuk merawat dan memelihara setiap kuncup yang muncul didahan mayaku. Dan kuyakin takkan tumbuh buah selama bunga yang merekah ... tak kuberi kesempatan terserbuk sarinya.

Cukuplah...dua tahun itu menjadi satu guru bagiku.

posted by kinanthi sophia ambalika @ 1/30/2005 11:46:00 PM -

0 Comments:

Post a Comment

<< Home