Pasar Kaget

Wednesday, June 20, 2007

By Sam (20062007.13.49)
Renungku


Kecilku begitu suka bila di ajak ke Pasar kaget di kampung. Meski waktu dan tempatnya tak menentu pasar itu selalu mengagetkanku. Bentuk mainan baru selalu ada dan memanggil keingintahuanku. Demikian juga teriakan dan demo pedagang yang dikelilingi ibu-ibu tak luput dari sorak riangku. Aku suka!

Jauh dari bayanganku ternyata di Jakarta pasar kaget pun ada dan mampu lebih mengagetkanku. Waktunya tidak hanya diwaktu tertentu malah hampir setiap hari ada. Hebatnya dimanapun hampir bisa aku temui pasar kaget ini. Tidak saja di tanah-tanah kosong seperti dikampung. Di emperan toko, halte bahkan jembatan penyeberanganpun ada. Aku tak suka!

Di depan komplek kantorku misalnya. Jembatan penyeberangan, halte Busway Benhil hingga halte Atmajaya dan halte Benhil jadi satu titik sentral keramaian. Pasar kagetpun muncul mengikutinya. Di sisi bawah berkumpul pedagang makanan mulai jajan pasar, rujak buah, bakso, kue, roti plus minumannya. Di ram jembatan halte busway dihuni pedagang buku, VCD peminta-minta dan pedagang pakaian. Dan diatas jembatannya ramai berkumpul pedagang jepit rambut, sarung handphone, kura-kura, majalah bahkan pencopet dan anteknya. Bisa dikata lebih ramai dari pasar kaget dikampungku.

Saat waktu berkala ada trantib yang menertipkan mereka dan melarang berjualan bahkan mencopoti tali-tali yang mereka gunakan untuk menggantungkan beragam dagangan mereka. Tapi itu tak lama. Saat mobil petugas berlalu pasar ini kembali membuat kagetan. Kagetan karena aktifitas mereka tidak saja menimbulkan kemacetan tapi juga kesemrawutan, ketidaknyamanan, ketidak amanan bahkan polusi karena sampah dan bekas cucian dengan sembarang dibuang. Aku Sungguh tidak suka!


Rekan-rekankupun mengeluhkan hal serupa. Tidak saja jadi gunaman saat makan siang dan waktu luang tapi juga jadi kekesalan makian bahkan dijadikan wacana-wacana di milist, surat pembaca dan topik keluhan di koran-koran. Semuanya minta di benahi, direlokasi bahkan extremnya diberantas. Tangan-tangan merekapun tak saja menunjuk pedagang sebagai biang keladinya. Pemerintah daerah, pusat, dinas tata kotapun jadi terseret karena dianggap tak tegas dan tak becus menata secuil kota. Kemarahan mengalir dan hanya mengalir karena sejauh ini tak ada langkah pembenahan.

Semestinya kita bisa benahi hal itu sendiri. Aku yakini itu. Coba kita potong lingkaran kekusutan pola pikir sebab akibat. Kita ulur beberapa bagian saja. Begini: Sebab adanya keramaian membuat pedagang datang. Pedagang makin banyak dan bertahan karena ada pangsa pasar. Adanya perilaku kita yang membeli dagangan mereka memberi support mereka untuk menganggp tempat ini sebagai potensial market. Wajarlah bila keberadaan mereka susah dibenahi.

Coba untuk mengubah perilaku kita untuk tidak membeli barang mereka dengan berusaha membeli barang ditempat yang tepat, tempat yang seharusnya mereka ada untuk berjualan. Pasar misalkan. Perilaku ini akan secara langsung akan membuat pedagang dipasar kaget yang tak semestinya ini berfikir bahwa tempat ini bukanlah lagi potensial market yang mereka harapkan. Karena barang mereka tak laku disini. Dengan sendirinya mereka akan pindah dan menuju tempat-tempat biasa kita dengan perilaku baru kita membeli barang. Perilaku ini tak cukup berlaku untuk satu atau dua orang tapi semua orang. Ibarat kata bila kita ingin membuat orang lain konsisten dengan perilaku dan habitnya kitapun harus memberikan conton prilaku yang sama. Bukan mulut menyuruh tapi tangan dan kaki kita tidak sejalan.

Kemarin aku bertemu dengan rekanku yang sedang memilih jepit diantara beberapa tumpukan barang kelontong diatas jembatan itu. Dan hari ini aku masih mendengar betapa gerahnya dia melewati jembatan itu karena kesemrawutannya. Beberapa hari lalupun aku mendengar rekanku yang lain menghujat para pedagang di pasar kaget ini yang susah dibenahi. Dan sore ini aku menemuinya dia sedang makan bakso berdua dengan kekasihnya di depan halte itu. Minggu lalu ... akh terlalu banyak menemukan cerita tentang anomali-anomali seperti ini. Dan ini bukan perkara aku suka atau tidak suka. Aku hanya bingung ... tak mengerti akan ketidak konsistenan ini!

Labels:

posted by kinanthi sophia ambalika @ 6/20/2007 03:57:00 PM -

8 Comments:

Blogger Paulus said...

Selain masalah supply-demand, mungkin kudu dilihat dari sisi lain.
Seandainya para pedagang itu bisa jualan di kios Manga Dua (kata iklan koran 'cuma' 200 juta-an) atau konter di Blok M Plaza yang dingin dan rapi (ga tahu berapa, tapi sewa konter di Solo Square pertahun bisa 150 jt-an)...
atau seandainya saja pemerintah bisa menyediakan tempat yang ada 'pembelinya' serta memfalitasinya....
...
...
pasti deh ga usah dipanggilin trantib mereka bubar sendiri....

menurut aku sih....

10:49 PM  
Blogger imgar said...

hehe..sempet pengen posting spt ini.

saat ada penertiban, dalam hati bilang,"syukurlah..biar lebih rapi"

pas ada yg ngajak makan, pilihannya, "sop buah di blk gd sate enak loh. murah lagi.."
ngajaknya ke kaki lima yang pakai trotoar jalan..

hihihi..jadi malu..
pake standard ganda ya..?

5:12 AM  
Blogger ime' said...

well, gue nggak terlalu seneng dengan pasar kaget. nyempit-nyempitin jalan. kebetulan juga, barang-barang yang mereka jual, bukan barang-barang yang gue perlu banget. atau mungkin, gue udah terbiasa pergi ke tempat-tempat tertentu, dimana gue bisa lebih leluasa memilih yah? :D

kalo' masalah makan sih, mmm... biasanya gue pergi ke tempat2 yang emang sering banyak makanannya :D nah, itu, gue nggak tau deh, apakah itu masuk ke pasar kaget ato nggak :d

mungkin, definisi pasar kaget disini harus lebih diperjelas :P ato nggak?

12:37 PM  
Blogger Goiq said...

bingung.... di satu sisi ga tertib, di satu sisi kasihan, di satu sisi kadang kita juga butuh jasa mereka...

3:32 PM  
Blogger Eriek said...

saya suka fotonya. ekspresi dari ibu itu kemudian saya bayangkan seperti menanti rezeki yang akan didapatnya hari itu. rasanya saya jadi terharu melihatnya di atas bak truk itu.

makasih saya bisa mampir kemarin :-)

1:15 AM  
Anonymous Anonymous said...

Pasar Beringharjo still the best... :D

10:50 AM  
Blogger Trian Hendro A. said...

wah.. pasar kaget jum'atan yang banyak (dan menyenagkan :p) koq ga dibahas ya?? hehe

4:04 PM  
Anonymous Anonymous said...

manusia emang sering tidak konsisten..
namanya juga mahluk sosial, jd ya segala sesuatunya disesuaikan dengan kondisi orang laen..
:D

emang susah cari orang yg istiqomah..

4:03 PM  

Post a Comment

<< Home