Kewajiban Yang Bias

Friday, June 15, 2007

By Sam (14062007.13.23)
Renungku


Membayangkan Ayam taliwang pikirku sudah melayang pada plecing kangkungnya yang segar. Ketergodaanku makin besar karena sejak pagi aku terlalu sibuk untuk sarapan ditambah waktu makanku yang telah lewat, hingga tanpa pikir panjang aku langsung masuk ke rumah makan taliwang yang tak jauh dari kantorku sekitar kawasan Benhill itu. Sepi!. Ah … Mungkin karena waktu sudah menunjukkan pukul 2 batinku. Sisi baiknya aku tak perlu menunggu lama. Benar … sepuluh menit kemudian pesananku telah muncul dan aromanya pun mulai merangsang nafsu makanku.

Deg …. Aku menelan ludah karena tak terkira pedasnya. Tidak saja sambal, plecing bahkan ayamnyapun membuat mulutku terasa terbakar. Aku bukanlah penggemar masakan pedas. Kalaupun dimasakan ada cabenya itu tak lebih hanya cabai hijau besar yang memang suka aku santap. Tapi entahlah untuk ayam taliwang sikap tak doyan pedas itu sama sekali tak berlaku. Bahkan sewaktu kunjungan ke Cakranegara Lombok Hunnyku terheran-heran karena aku mampu menghabiskan 2 piring plecing kangkung plus ayamnya sementara dia yang gemar pedas telah menyerah. Kali inipun sikap tak doyan pedaspun kembali terpatahkan.

“Bila surga dan neraka tak pernah ada …. Akankah kau bersujud padanya ...”

Sekejap aku dengar potongan lirik lagu yang dinyanyikan Dewa. Keras dan berulang. Berulang dan keras hingga bisa menendangku di sudut ruang hampa yang hanya berteman pertanyaan. Satu pertanyaan sederhana yang menusuk. Untuk apa aku bersujud?. Untuk menghindari nerakakah atau sebaliknya untuk melahap surga? Namun yang lebih mendasar apakah sujudku hanya sebatas demi satu imbalan atau permintaan? Pikir dan pemahamanku amatlah dangkal untuk menelaah masalah religi. Hingga aku harus menyeret logikaku untuk dipertemukan dengan nuraniku.

Dan kembali aku menemukan sebuah pertanyaan gamang. Kenapa sujudku tidak berlandaskan atas kewajiban yang memang terbebankan pada hidupku? Seperti air sungai yang mengalir ke muara. Mengalir karena takdir dan jalan hidup bukan karena ingin menghindari hutan dan bukan pula keinginan untuk berkumpul dengan lautan. Hitunganku mengingatkanku akan banyaknya sujudku karena satu keinginan bukan karena satu kewajiban. Kewajiban akan kodratku dan jalan hidup yang kupilih. Bahkan ritual makanku kinipun bukanlah karena aku makan untuk hidup melainkan sebaliknya. Ternyata banyak perjalanan waktu memutar balikkan fakta dan kenyataan akan dua kutub yang beda. Dan konyolnya itu makin bias karena aku hanya mampu untuk melihat dengat mata bukan hatiku.


“Bila surga dan neraka tak pernah ada …. Akankah kau bersujud padanya ...”

Lagu itu masih berulang dan mengerang. Aku meninggalkan rumah makan itu dan kembali melihat tulisan besar dibawah nama rumah makan tadi. ”Pedasnya bikin nangis”. Aku memang menangis tapi bukan mataku melainkan sudut remang hatiku.

Labels:

posted by kinanthi sophia ambalika @ 6/15/2007 11:13:00 AM -

7 Comments:

Blogger mamat ! said...

" Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau bersujud pada-Nya ".

Benar-benar menyadarkan. Orang bilang hidup itu keseimbangan, saling memberi menerima. Tetapi, lebih sering kita menerima, tanpa mau untuk memberi.

nice post Bro ...

4:59 PM  
Blogger pyuriko said...

Terkadang, jika kita menginginkan sesuatu, kita mengingatNya, dan memohon kepadaNya... berharap Dia akan memberikannya.

Setelah mendapatkan apa yang kita inginkan,... kita melupakanNya.

Jika surga dan neraka tak pernah ada,... masihkah kau bersujud kepadaNya

11:25 AM  
Blogger LiLiN said...

dan aku pun bertanya..
sudah ikhlash kah sujudku?..
hmm...

1:45 PM  
Blogger retnanda said...

waduh
jadi ikut tersadar...
untuk siapa semua apa yang telah kita lakukan..
jika memang surga dan neraka tak pernah ada...
atau.. memang tidak pernah ada ya???
atau.... hidup ini cuma putaran.. terus berputar tanpa pernah henti..

8:18 AM  
Blogger yaya said...

Yaya juga belajar banyak banget tentang sholat mas. Sholat itu ternyata bukti kecintaan kita terhadap Allah, bukan hanya sekedar menggerakkan tangan dan badan kita aja...

8:19 AM  
Blogger unai said...

sudur remang hatiku ikut menangis,Mas

2:53 PM  
Blogger unai said...

*Sudut..hihihi ralat

2:54 PM  

Post a Comment

<< Home