Di Dua Liputan

Wednesday, February 28, 2007

By Sam (28022007-14.41)
Langkahku

Bulan ini terdapat 2 liputan yang menayangkan kegiatan organisasi yang aku geluti, di 2 media cetak yang berbeda. Antaranya:

2nd B’day MHI tenis
Menshealth Indonesia – Edisi Maret 2007
Hal 76 (berita lengkap di SINI)
Liputan ini menyorot aktifitas ulang tahun MHI Tennis sebagai satu-satunya team olahraga prakarsa anggota milist Menshealth Indonesia yang masih eksis dan solid.


Forum Jumpa Penulis 3 Blogfam

Koran Tempo – 25 Februari 2007
Liputan: Merayakan Komunitas, Mengkaji selektifitas (hal 8-9)
Cerita Sampul: “Kompor Itu Bernama BLOGFAM (hal 10-11)
Banyak meliput perjalanan Blogfam di ulangtahunnya yang ke 3 dan segala aktifitas termasuk dalam menerbitkan buku-buku bagi para anggotanya.



Bangga itu pasti!
So guys we’r on magazine again n again :) !

Labels:

posted by kinanthi sophia ambalika @ 2/28/2007 03:05:00 PM - 2 comments

Selingkuh Itu Letaknya Di Awan

Thursday, February 22, 2007

By Sam (22022007-19.44)
Ceritaku


Dalam tas ranselku berjejal pakaian kotor, handuk dan sepatu. Berat dan masih tergantung dipundak kiriku. Kuusap rambutku yang belum sempet aku sisir. Kurapikan segera dengan jari-jariku. Dari pantulan kaca lift ini aku lihat sosokku yang bukanlah diriku. Berjeans belel agak longggar dengan kantong tersebar, kaos oblong putih berangkap jaket tebal merah menyala dan sepatu kickers tanpa tali. Sementara sekantong dunkin donnut tergenggam di tangan kananku. Mmm ... tak semestinya aku memakai pakaian seperti ini di umurku, batinku menilai. Tapi entah mengapa justru aku menikmatinya. Tak ada hitungan menit lift telah sampai dilantai dasar meninggalkan gym tempat aku sepanjang sore ini memeras keringat.

Hujan tak turun malam ini, namun bukan berarti rambatan kemacetan ajalan utama kota ini pudar. Dan bukan berarti pula kesesakan akan terpinggirkan. Tiba-tiba saja aku berkeinginan untuk duduk di kursi beton di bawah deretan palem bersama berbelas orang yang tersebar dengan tujuan masing-maning untuk sekedar menikmati suasana jalanan malam ini. Jauh untuk membayangkan tempat ini senyaman jalan-jalan di Bukit Bintang Kuala Lumpur dimana kita bisa bersantai di tepi jalan dengan lingkungan yang tertata. Asap, ketidak aturan, ketidak disiplinan dan riuh klakson justru menjadi hiasan mosaik yang menyesakkan disini. Kembali aku dapati sosokku bukanlah diriku. Sosok yang duduk bengong tanpa berbuat apapun. Hal yang selama ini aku benci dan aku kunci dengan label: pemalas! Tapi entah kenapa kembali aku menikmatinya.

”Bagaimana dia?”
”Sangat hot”
”Istrimu tahu”
”Gila apa, bisa mampus aku kalau dia tahu”
”Sejauh mana hubungan kalian?”
”Sttttt ... ”

Angin menghembuskan kabar yang pribadi diantara berbelas orang yang duduk disitu tanpa disengaja. Kabar yang tak seharusnya di dengar oleh umum. Kabar perselingkuhan! Pikiranku berjalan seperti puzzle yang mulai menata tebaran teka-teki tak terangkai. Selingkuh – mengapa selingkuh itu nikmat?

Simpul-simpul teka-teki mulai aku burai. Bisa jadi selingkuh itu seperti saat aku memakai pakaian ini atau duduk bengong disini. Sesuatu yang bukan diriku dan sesuatu yang berada diluar kebiasaanku. Meski berbeda namun ada kenikmatan disana. Kenikmatan semu yang jauh dari hal-hal nyata, kenikmatan yang membawa kita keluar dari rutinitas.

Bisa dibayangkan tak ada hal-hal yang pahit, perih dan menyecewakan yang biasanya dibagi bersama antara suami-istri, akan terbagi juga dengan seorang selingkuhan. Pendek kata hanya kata manis yang ada dalam perselingkuhan. Perselingkuhan letaknya di awan tidak demikian dengan perkawinan yang ada di bumi, di satu kehidupan nyata. Untuk itu jangan coba membawa selingkuh dalam satu tali perkawinan karena manisnya akan hilang dan pijakan awanpun akan terjatuh dalam liang kenyataan. Kenyataan bahwa kehidupan itu adalah sesuatu yang pahit.

Aku beranjak dari kursi betonku menyeret ranselku yang padat bawaan. Biarlah sesekali kuselingkuhi hal-hal diluar sosok yang menjadikanku bukan seperti diriku. Karena itu menjadi satu kenikmatan sesaat yang kubutuhkan. Tapi aku akan berfikir panjang bila berniat untuk menyelingkuhi perkawinanku. Meski perkawinan itu pada kenyataannya sesuatu yang pahit tapi aku akan menaruh sesuatu yang indah dan manis disana. Apalagi kalau bukan sebuah HARAPAN!

Labels:

posted by kinanthi sophia ambalika @ 2/22/2007 05:04:00 PM - 5 comments

Harapan Itu Indah dan Tidak Salah

Thursday, February 08, 2007

By Sam (08022007-22.09)
Ceritaku


Keretaku bergerak perlahan. Amat perlahan. Bagai langkah kaki gadis. Berjingkat diantara kubangan menghindari adanya genangan. Jendelaku berwarna buram melukiskan paniknya orang-orang yang hampir tenggelam, meneriakkan riangnya anak-anak bermain dilahan kebanjiran. Dan hatiku dalam kekesalan mendapati kotaku hanyalah seonggok perahu kertas yang layu dan karam saat hujan turun lalu air bah datang. Aku meninggalkannya!.

Sebelahku bangku kosong, demikian juga beberapa bangku di gerbong ini. Lengang dan dingin. Tak ada kemewahan meski tiket yang kubeli berlabel eksekutif. Kutarik selimut yang baru dibagikan, kubungkuskan dikakiku dengan risi membayangkan entah berapa hari benda ini menyelimuti beragam manusia tanpa di cuci. Di dinding kaca jendela kusandarkan kepala sementara kakiku memenuhi bangku sebelah. Siluet di luar beradu lari di temaran senja. Aku tertidur.

“Maaf, 7B!,” Suara datar membangunkanku. Kupindahkan kakiku ke tempat semestinya. Kusapukan mata dalam keadaan setengah sadar. Sampai Cirebon ternyata.

Suara itu milik seorang gadis. Tak ada yang terlihat luar biasa kecuali wajahnya yang lebih dingin dari suasana gerbong ini. Badannya yang semampai dan dibalut jaket ungu segera dihempaskan di bangku sebelahku sementara sedikit bawaannya dibiarkan berada diatas kabin terbuka. Kami terdiam. Tak ada cakap di gerbong yang belum jalan.

“Ke Jogja?,” Tanyanya saat peluit panjang terdengar ditiup kepala stasiun.
Aku mengangguk.
“Saya ke solo,”
Aku hanya membalas dengan senyuman. Aku tak terbiasa untuk berbasa-basi dengan orang yang belum aku kenal. Mataku berpaling menuju luar jendela tanpa focus yang jelas.
“Sendirian?”
Aku tak menjawab, kuberbalik menoleh ke arahnya. Kudapati pandangnya ke terbuang kedepan selama dia mencoba mengajakku bercakap. Kudapati diriku seperti terintogasi dengan pertanyaan sepotong-sepotongnya. Kusimpulkan dia tak hanya ingin berbasa-basi.

“Kamu?,” Tanyaku balik.
“Berdua,”
“Kamu dan …?,”
“Keputus asaanku!,”
Kereta makin kencang menggemakan suara gaduh dan derik besi-besi beradu menembus pekat malam. Kembali kami dalam diam. Lama, lama sekali.

“Pernah merasakan putus asa?” Gadis itu membuka mulut setelah berbelas stasiun kecil terlewati.
Aku menggeleng.
“Aku tak percaya,”
“Kamu tak perlu percaya karena tak ada sesuatu yang perlu aku buktikan,”
“Kemana keputusasaanmu pergi?,”
“Dia tak pergi, dia kugantikan,”
“Dengan …?,”
“Harapan.”
“Harapan itu menyakitkan,” Tegasnya dalam. “Aku tak pernah mau lagi berharap. Akan menyakitkan!.”
“Harapan tak pernah salah dan jangan pernah disalahkan.”
“………….…”
“Seringkali ketidak iklasan hati kita untuk menerima kenyataan yang jauh dari harapan itulah letak kesalahannya, bagaimanapun harapan itu selalu indah.”
Mata itu tetap memandang kosong kedepan.

“Saya turun Jogja,” Kataku beranjak meninggalkan bangku begitu kereta berhenti di stasiun Tugu.
“Saya ke Solo,” Balasnya

Aku memandangnya dari balik jendela begitu turun kereta. Matanya masih menerawang kedepan. Seulas senyum menghangatkan wajahnya yang beku. Senyum itu untukku atau untuk kata-kataku … aku tak tahu. Karena dikota ini akupun turun bersama keputus asaanku yang sulit kutukar dengan pengharapanku.

Labels:

posted by kinanthi sophia ambalika @ 2/08/2007 11:42:00 PM - 7 comments

Testi Di KTP Online

Thursday, February 01, 2007

By Sam (31012007-22.35)
Langkahku


Harus aku akui dengan acungan jempol untuk pencetus ide website KTP online di Internet dengan nama Friendster. Ide sederhana untuk membuat networking antar beberapa personal dengan menampilkan CV dan photo rupanya mampu menjaring jutaan orang di seluruh dunia untuk menjadi warganya. Tak hanya individu, lembaga dan perkumpulan, sekolahpun tak sedikit yang berbondong membuat KTP gratisnya di sana. Seakan tak ada masyarakat internet modern yang tidak memilikinya. Sejauh dicermati sebenarnya telah banyak web model seperti ini yang hadir dan saling mencontoh untuk eksis dan menjaring peminat. Semisal faceparty dan tag. Bahkan belakangan KSI milik plasa.com pun ikut mengadop kesuksesan Friendster untuk layout webnya. Namun tetap gaung Friendster belum tersurutkan bahkan tertandingi oleh web sejenis. Asumsi sederhana untuk menganalisa kesuksesan friendster adalah adanya unsur komunitas dan userfriendly yang sangat dominan ditampil dan jadi tujuan yg terus diperbaharui secara berkala. Tidak saja tampilannya tapi juga feature dan kapasitas memorynya.

Kesukaanku menyebut KTP online sebagai julukan Friendster bukan tanpa alas an. Setidaknya itulah fungsi baku Friendster di era pergaulan virtual yang jadi life style di masyarakat modern ini. Sebagai KTP!. Dengan mudahnya kita bisa bertukar dan saling melihat biodata serta sekelumit dunia kita, ingin kita melaluinya. Pertemanan, persahabatan bahkan jodoh bisa dimulai dari sini. Bertemu teman baru, menemukan teman lama itupun bisa dimulai dari sini. Termasuk pencarian sebelah jiwakupun berawal dari sini, tak kupungkiri!.

Feature andalan Friendster yang tak ada duanya adalah tampilan photo yang bisa mencapai 50 buah dari 12 buah yang dipatok semula. Kenarsisan cukup bisa ditampung dan ditampilkan dengan mudah. Fitur lain adalah testimony. Ruang pendapat mengenai si pemilik KTP bisa diisi siapa saja dan ditampilkan sesuai dengan approval si empunya. Kita tak perlu membaca biodata dengan terperinci. Cukup membaca testi ini gambaran mengenai si empunya KTP jelas terungkap lewat deretan kalimat jujur dan spontan. Tak heran beberapa orang menjadikan testi ini sebagai buruan bak berlomba memperoleh polling suara terbanyak. Dan malah beberapa orang begitu rajinnya mengirimkan lebih dari satu testi untuk beberapa personal.


Seperti pengamatan seorang rekan, belakangan fenomena testi telah mengalami perubahan fungsi. Dari sekedar pernyataan pendapat menjadi ajang untuk berkirim ucapan dan motivasi meski di friendster telah ada medianya tersendiri. Meski bisa dikatakan tak tepat dan melenceng dari fungsi bakunya namun cara ini lumayan ampuh untuk menyebarkan “popularitas”. Walau bisa dinilai bagai melakukan kampanye terselubung untuk menyebarkan kenarsisan. Shah-shah saja jalan ini ditempuh. Meski pada akhirnya agak mengganggu untuk sebagian orang yang ruang testinya di bombardier dari testi yang dikirmkan berulang dengan konten yang tidak tepat.

Beberapa minggu lalu seusai UAS di kampus dan kubagikan nilainya pada para mahasiswa yang mengambil mata kuliah Study Kelayakan Bisnisku, kutemukan bentuk fungsi lain dari sebuah testi di Friendster. Fungsi yang sebelumnya tak pernah aku bayangkan akan ada di ruang ini. Dari KTPku yang ter add di KTP beberapa mahasiswaku tertelusur ada satu chatting antara mereka mengenai UAS dan nilai mata kuliah yang aku berikan. Tak tanggung tanggung mereka membicarakannya terbuka di ruang pendapat, di ruang testi!. Bersahutan antar beberapa mahasiswa. Aku hanya bisa tertawa, menggeleng dengan menarik beberapa kesimpulan dalam pertanyaan samar. Kesalahan dalam penempatan mediakah atau luapan dari kreatifitas yang tak tepat. Masih beruntung bila yang dibicarakan adalah project selama mata kuliahku. Tapi ini bukan. Ini gossip … duh! Nyatanya bukan TV saja yang bisa terambah gossip. Testi di friendsterpun kini mulai tak luput. Dan tak hanya bintang sinetron. Dosenpun bisa jadi bahan hangat perbincangan.

Labels:

posted by kinanthi sophia ambalika @ 2/01/2007 01:15:00 AM - 5 comments