Biar Tanah Menyimpan Bara Kita

Tuesday, May 31, 2005

By Sam (31052005.12.47)
Fiction

Image hosted by Photobucket.com


………..

Aku terdiam dalam tatap. Perlahan kulihat titik bening di mata jernihmu, namun tak hendak tangan ini menyekanya terlebih sekedar menepuk bahu menyelimutkan simpatiku. Terbisu.

“Ada apa dengan kita?”

Sulit aku bedakan apakah ini satu kalimat tanya darimu atau satu penyesalan mendalam. Pantas memang bila ini bermuara jadi satu tanda tanya bagi kita. Masih hitungan bulan semenjak kita temukan cinta diatas para-para. Lalu kita sepakat untuk pindahkan bara di tangan kita. Bara yang memberi terang dan menampakkan indah gurat wajah dan tulus hatimu. Bara yang memandikan kita dengan hangat bias dan percik api yang belum pernah kita rasa. Dan bara yang selalu kita sembunyikan dari tetes air di teritisan.

Sejak itu kita menapak papa-para bagai buaian kita.

Rupanya kita lupa untuk menyembunyikan bara itu dari hembus nafas kita. Hembusan yang membuat pijarnya membesar dan menjilat tangan-tangan rapuh kita. Pijar yang mengobarkan hati kertas kita, juga membakar serpih indah perjalanan yang dengan peluh kita tenun.

Kiranya kita lupa, tidak selamanya bisa duduk dipara-para dimana kehangatan selalu kita rasa. Adakala kaki kita mesti kembali kita pijakan ke tanah tuk merasa satu realita. Dan adakala harus kita peka bahwa bara itu dipinjamkan untuk kita.

Sejak itu kita dalam persimpangan.

………….

Akankah kita berkeinginan bergumul kembali di para-para. Sekedar merasa semunya bara cinta? Ataukah kau akan sambut ulurku. Tuk menuntunmu turun menapak tanah memanggul bara. Karena tak hendak kuletakkan bara kita di para-para dimana kehangatan berlimpah. Tapi kan ku tebar di gelap malam dimana cahaya bulan enggan berkabar.

Kau kan lihat tanah akan menjaga pijarnya tanpa membakar. Dan akan kau lihat tanah akan merengkuhnya dan menyimpannya untuk kita sekaligus membagikannya untuk yang lain.

Karena kutahu bara ini hanya titipan. Dimana tanganku tak mampu simpan.

posted by kinanthi sophia ambalika @ 5/31/2005 02:04:00 PM - 4 comments

Perlu Susu di SCTV MA 2005

Sunday, May 29, 2005

By Sam (2852005.22.43)
Image hosted by Photobucket.com

“Woii … sudah dimana?”

Kembali Nita Sellya mengirimkan smsnya ke HPku, ini untuk ke 3 kalinya. Bisa aku bayangkan ibu satu ini pasti sudah BT habis menunggu kami di Plasa Senayan. Setidaknya dia telah menunggu mulai pukul 18.45 tadi padahal sekarang sudah hampir jam 20.00. Tapi apa mau dikata. Akupun sudah jenuh berada di dalam mobil dengan alasan klasik, macet!

Aku mengenal Nita (blogger juga) saat Mamato (http://semuatentangmamat.blogspot.com) merekomendasikan aku untuk mengisi acara Bincang Profesi di radio ARH FM, satu acara yang di arrange olehnya setiap minggu. Aku memaparkan profesiku sebagai trainer dalam acara berdurasi 2 jam tersebut. Saat itu pula Nita menawarkan ticket menonton SCTV Music Award 2005 bersama beberapa rekan. Meski aku kurang menyukai berada di kerumunan, meneriaki pesohor dan berdesak diantara emosi histeris toh akhirnya aku terima juga tiket itu. Alasan sederhana bukan karena pujian Nita atas suaraku yang microponist membuat PD-ku setingkat lebih tinggi (* ehem-ehem, tapi aku pikir ada saat pertama untuk segalanya. Termasuk juga merasakan sesaknya ditengah kepadatan.

Perjuangan malam ini membawa kami terkumpul ber tujuh (aku, Nita, Mamato, Asri~penyiar handal ARH, Emil~Adviser Bumiputra Syariah, Woro~Agency periklanan, dan Arik~
http://houseofarik.blogspot.com ). Saat menuju tempat acara kami ber 6 + sopir memadati Honda Jazzku yang kecil, seperti ikan dalam kaleng sarden posisi kami bertujuh didalamnya. Hasilnya kami tak cukup bernyali untuk turun di depan gedung. Demi jaga gengsi! Dan kami harus kembali rela dibanjiri keringat untuk bisa masuk ke Istora Senayan tempat perhelatan berlangsung. Kamipun akhirnya terbawa arus hingga tengah arena tepat beberapa meter dari panggung. Tak ada tempat duduk tentunya, dan aku lebih memilih bertahan di sana daripada di tribun yang tentunya tak leluasa bagi aku untuk ambil gambar. Acara menunggu yang membosankan ini langsung berubah jadi acara yang memalukan karena seketika pula kami telah berpose-pose sendiri di depan kamera digitalku. Apa itu aneh? Mungkin tidak bagi kami yang telah bertebal muka. Atau tepatnya kami yang lebih nekat disebut selebriti dadakan.

Tak berapa lama Project Pop membuka acara dengan aksi heboh mereka. Makin dekat jarak kami ke panggung dan makin sesak bagi aku untuk bisa merasakan hawa segar. Session demi session mengalir agak dipaksakan. Nirina dan Tora terlampau berat membawa acara yang secara keseluruhan kurang terasa gregetnya. Tak hanya pendukungnya yang kurang bisa membawa aura kenikmatan dalam bermusik tapi juga materi acaranya yang jauh dari kata “ngetop” untuk acara sekelas award. Bagaimana tidak untuk setiap katagori tak lebih dari 2 nominasi ditampilkan. Seakan memilih jawaban benar-salah di kertas ulangan. Semua pemenang, gampang untuk diprediksikan.

Namun ada greget-greget kecil yang sempat aku rekam di kamera saat Krisdayanti, elo, ariel-peterpan, Ira swara juga kehebohan inka cristi dan serious berlaga menarik uray leher. Oleh-oleh kecil yang kuambil daripada terbengong ditengah kegaduhan. Ibarat bicara mengenai menu sehat, acara ini bener-bener kurang sempurna karena tak adanya susu disana.

Mungkin acara malam ini kurang memuaskan aku tapi kali ini aku bisa dibuat tak bisa berbicara karena begitu banyaknya photografer lepas dengan senjata kamera digital SLRnya lengkap dengan tele kameranya. Pemandangan ini sulit bagiku untuk bisa nahan ludah tertelan. Bisa dikata daripada kamera semi SLRku pasti hasil gambar yang mereka dapat akan jauh mendekati sempurna, meski penerangan panggung minim dan penyanyi seakan tak berhenti bergerak. Mau diapakan lagi karena bagiku masih harus menggantungkan mimpi untuk memiliki kamera jenis itu sebagai alat berburuku.

Dan lambat laun aku kembali menyadari bahwa lelah di kakiku bukan melulu karena aku harus berdiri beberapa jam tapi lebih pada kebiasaanku untuk berjinjit sambil melongok kesana-kemari ke arah panggung diantara sela jubel kepala dan tangan penonton yang dinaikkan. Duh ... inilah dukanya berbadan kecil. Aku jadi tertawa karena ternyata bukan acara ini saja yang kurang susu, tapi juga ... aku! Bila ingat salah satu iklan susu yang bicara mengenai pertumbuhan , tertampar rasanya kondisiku saat ini.

Belum usai acara kami putuskan untuk meninggalkan tengah arena, dengan membentuk barisan ular panjang. Pulang? Rasanya tidak. Baru jam 23.00! kami putuskan mengisi perut dan memperpanjang malam di Menteng tempat bazar makanan tergelar tak ada henti. Dengan semangat perjuangan yang kembali berkobar aku mengangguk cepat usulan ini, bayangku ada segelas susu disana.

Mungkin sudah terlambat bagi pertumbuhanku tapi bagi kebersamaan malam ini ... rasanya baru satu permulaan!



posted by kinanthi sophia ambalika @ 5/29/2005 12:33:00 AM - 3 comments

Bait-Bait Perjalanan Ke Kota Buaya

Thursday, May 26, 2005

By Sam (25052005.22.57)

Perjalanan ke Surabaya selalu menggairahkan aku, itu tak bisa kupungkiri. Keberadaanku selama sewindu di kota ini dulunya memberikan pengaruh besar pada watak dan pola pikirku. Kelugasan dan keterbukaan. Memberiku kenyamanan dalam berexpresi terlebih dalam bertutur. Karena itulah aku bersikeras agar dalam training project bagi multinational company ke 5 kota besar di Jawa, Sumatra dan Sulawesi ini aku upayakan untuk bisa ke Surabaya! Setelah Solo, tanggal19-21 Mei ini akhirnya aku memulai perjalananku sana.

BAIT KETIDAK PERCAYAAN
Image hosted by Photobucket.com

Sempat aku kecewa karena training project ini diadakan di Pacet. Kota kecil di lereng gunung penanggungan Mojokerto. Butuh sekitar 1,5 jam untuk mencapainya dari Surabaya. Perkiraanku kecil kemungkinan bagi aku untuk bertemu dengan teman-teman se-gank waktu kuliah dulu, menyedihkan! Namun rupanya kabar kedatanganku didengar rekanku Ugiek. Dia bersikeras untuk memintaku mengambil extent waktu satu hari untuk kembali bereuni dengan sobat lama. Kupikir tak ada salahnya menunda kepulangan hingga minggu siang. Suatu kesempatan yang langka. Kutak ingin melewatkannya.

Rupanya begitu tiba di Pacet kekecewaanku tak beralasan. Hotel Sativa Sanggraloka tak ubahnya sebagai satu mutiara tersembunyi. Resort milik Wismilak ini begitu menonjolkan arsitektur khas Majapahit dengan batu bata di expose pada beberapa dinding dan ukiran ornament khas Jawa Timur. Lay outnya begitu rapi dan menawan. Lebih menarik lagi setiap cottage ditata demikian selarasnya mengikuti contour dan lekuk landscape. Mempesona!

Konyolnya begitu tiba di Cottageku ketakutan malah mendera di benakku. Betapa tidak cottage seluas 8 X 15 m2 ini hanya kutinggali sendiri, belum lagi tempatnya yang terpencil diantara kebun dan taman memberikan kesepian yang sedemikian terasa. Plus interior di dalamnya yang justru mengingatkanku pada keexsotikan penataan musium .... etnik dan begitu dingin! Akh terpaksa pertama dalam hidupku aku mesti tidur dengan lampu benderang dan TV menyala kencang. Mmm ... aku seakan tak percaya justru keeksotikan membawaku pada kengerian. Mungkin bila aku berada di sini dengan orang-orang terdekatku akan berbeda ending ceritanya.

BAIT KESADARAN

Dua hari men-delivery modul pelatihan dan bertemu dengan orang-orang yang mempunyai kompetensi di bidangnya membuatku tersadar bahwa sebagai trainer tak ada kata usai untuk belajar. Apapun, bagaimanapun, dimanapun dan kapanpun. Selebihnya pengalaman akan membentuk kita. Bagiku sendiri trainer bukanlah satu pekerjaan lagi melainkan hidupku nafas batinku. Banyak hal idealis aku gantungkan disana. Karena kutahu dunia ini memberiku wadah yang tepat. Tidak saja memberikan kesempatan berbagi dalam hidup ini namun juga kesempatan untuk belajar dan belajar yang tiada usai. Kuyakinkan bahwa aku akan bersungguh berada di dalamnya.

Saat acara farewell party di akhir malam hari kedua yang diadakan dengan BBQ ditaman dekat kolam renang. Kutahu arti bagaimana benih yang ditabur itu diserap tanah dan titik demi titik menunjukkan geliat seminya. Kurasakan arti memberi ternyata lebih terasa nikmatnya di banding menerima. Kusyukuri keberadaanku disini ... kusyukuri aku berada di dunia yang tepat. Tepatnya setelah sekian lama dalam satu pencarian.

BAIT MASA LALU

Image hosted by Photobucket.com


Tak percaya aku kembali bertemu dengan gank lama, sobat-sobat kampus, rekan kerja dan juga teman main tennis kala semuanya serba naif kala semuanya terasa begitu indah meski dalam keterbatasan. Tawa rasanya tak henti. Dan otakpun mulai bekerja mengingat setiap detail kekonyolan bahkan kesusahan lampau. Seakan minum kopi kental. Kepahitan terasa manis kini di tenggorokan.

Apa aku telah sukses sejauh ini? Pertanyaan beberapa teman ini tak kan aku jawab namun aku bisa meyakinkan mereka bahwa keberadaanku sejauh ini memberiku bahagia, menyadarkan aku untuk terus berucap syukur dan memberiku semangat untuk selalu menikmati setiap proses kehidupanku. Tak lebih tak kurang aku merasa masalalu mempunyai kontribusi yang cukup besar keberadaanku hingga hari ini. Tak cukup pantas aku menyanjung ataupun menghujat setiap penggal masa laluku. Karena mereka merupakan bagian pijakan dan rentang skenario perjalananku kini.

Satu rekan yang ingin aku temui kemarin adalah Pak Ronny rekan kerjaku dulu yang pernah berujar bahwa masa depanku tak akan berada di bidang formal. Kuberitahukan ke dia bahwa apa yang diucapnya benar adanya. Dan kini telah terbukt. Kembali Pak Rony berujar saat aku temui bahwa aku akan menikah Juni nanti tahun 2007. Mmmm ... satu sisi aku cukup terhibur mendengar adanya kepastian waktu akhir kesendirianku tapi sisi lain aku menggerutu. Wah lama amat!

Perjalanan aku akhiri dengan Ugiek sobat kentalku saat mulai semester awal di Petra dulu. Sobat yang begitu unik dan satu dari beberapa sobat kental yang masih keep in touch sampai saat ini. Beruntung dia masih memakai ilmu arsitekturnya. Sementara aku. Entahlah aku telah lupa bagaimana menggambar bestek!
Sepertinya harus aku akui bahwa kita tak pernah tahu kemana Tuhan membawa langkah kita pergi. Namun setidakknya kita mesti harus berupaya dan berusaha untuk berbuat terbaik hingga langkah itu selalu ada buat kita.

posted by kinanthi sophia ambalika @ 5/26/2005 01:12:00 AM - 5 comments

Wisata Kuliner Solo

Tuesday, May 17, 2005

By Sam (17052005.08.55)

Image hosted by Photobucket.com


Ketika dalam pesawat saat perjalanan pulang dari Solo minggu lalu, meski sekilas … masih aku ingat senyum pramugari yang menyodorkan setumpuk koran untuk kupilih. Tak penting koran mana yang kuambil karena kulihat senyumnya cukup menenangkanku. Tak mudah bagi aku yang phobia ketinggian merasakan berada jauh diatas permukaan tanah. Meski travelingku cukup sering tak urung perasaan tak enak itu selalu saja datang. Untuk itu aku seringkali melelahkan diri agar bisa terlelap saat diatas. Mmmm … rupanya tidur akan jadi satu kerugian kali ini … batinku sambil melirik dia yang mondar-mandir dengan long dress birunya.

Koran yang kuambil ternyata adalah koran yang sama dengan yang kemari saat keberangkatan aku terima walau beda edisi. Masih ada ulasan Bondan Winarno sang redaktur mengenai makan dan makanan. Mengherankan dengan redaktur satu ini, pikirku. Disaat redaktur lain lebih membuka matanya pada masalah politik, ekonomi ataupun sosial terntanya dia lebih suka membuka mulut untuk urusan rasa makanan. Syah saja! Nyatanya tulisan dia mengenai jalan sutra cukup mengenalkan publik akan tempat dan makanan khas yang tak banyak diketahui. Membuka mata kita bahwa ada dunia unik disekitar kita bila kita mau sedikit menengok dan mencari. Pantas bila dia menjadi icon di acara wisata boga salah satu produk kecap terkemuka.

Karena idenya ini juga selama mengadakan pelatihan di Solo aku dengan beberapa rekan lebih prefer untuk hunting beberapa makanan khas Solo daripada merasakan makanan hotel yang harus akui membuat lidah tak berasa. Malam pertama timlo solo di jalan supomo dan wedang dongo di ujung jalan keprabon jadi santapan pembuka. Timlo sejenis sup jawa dengan rasa khas jawa, manis dan gurih. Sementara dongo tak lebih dari wedang ronde dengan isi yang lebih beragam. Sayangnya sampai disini aku harus menyerah karena ternyata perutku sudah mengingatkan untuk tidak lagi di isi.

Malam ke dua kami mencobai menu nasi liwet dan wedang ketan campur kacang putih dengan tempat yang tak jauh dari ujung jalan keprabon. Sejauh ini aku belum merasakan satu experient yang menarik saat menyantap makanan khas itu. Aku pikir binis makanan akan berhasil bila bisa mengangkat rasa atau suasana, atau malah keduanya. Beberapa tempat ini hanya unggul sedikit dalam soal rasa selebihnya hanya mengandalkan kepopulerannya. Kepopuleran yang lupa untuk dijaga, lupa diingat bahwa satu bisnis yang jalan ditempat adalah berarti satu kemunduran.

Beruntung saat break makan siang hari terakhir kami bersepakat untuk kabur dan tidak makan di hotel dengan alasan yang sama. Tidak Doyan! Parah sekali…. Aku sebenernya lebih prefer makan tengkleng. Sup kambing khas Solo. Sayangnya beberapa rekan berumur menyatakan menu itu sebagai pantangan. Akhirnya diputuskanlah warung pecel ndeso khas Solo sebagai pengganti. Dan ini tidak salah. Terletak cukup dekat dengan hotel di jalan supomo, warung ini dari depan tak ubahnya seperti rumah joglo jawa pada umumnya. Bahkan bagian dalamnya hampir tak terlihat karena tertutup poster papan nama mencolok dan berbaris menu disana. Namun ketakjubanku muncul begitu mulai masuk ke dalamnya. Di ruang utama berdimensi 8 x 8 m2 ini penuh dengan barang antik. Tidak saja model meja dan bangkunya yang unik tapi juga pernak pernik dari lampu hiasan dinding hingga gramaphone tua, mesin jahit dan berpuluh photo lama plus photo baru artis dan orang terkenal yang pernah mampir. Keunikan ini seakan membawa kita dimasa lalu dengan segala kenangannya. Tak cukup sampai di sini keunikan ini berakhir. Di bagian depan sentong tengah yang difungsikan untuk meletakkan semua makanan disajikan beragam lauk dengan menu utama pecel. Dari beragam tumis, serundeng, jerohan, belut bahkan beberapa makanan yang baru aku jumpa hingga nasi merah plus sambal ndesonya. Minuman juga cukup beragam disini, beras kencur, sinom juga wedang jahe, jadi menu favorite untuk dipesan. Bicara soal rasapun sepertinya jangan ditanya.

Satu acungan jempol bagi empunya bisnis ini. Ilmu marketingnya cukup dipraktekkan dengan tepat. Tidak saja mereka memanjakan dengan rasa tapi juga experint yang benar-benar unik. Mmmm ... mengingatnya aku merasa kembali lapar!

“Sudah pak?” Tanya pramugari pemilik senyum manis tadi sembari meminta gelas minumku.

Anggukan kecil aku berikan seraya menyodorkan gelasku.

Dia kembali tersenyum. Manis sekali!

Seketika laparku entah melayang kemana.

posted by kinanthi sophia ambalika @ 5/17/2005 08:42:00 PM - 7 comments

Thanks To You Again

Friday, May 13, 2005

By Sam (13052005.10.10)

Belum genap hitungan tengah tahun aku mengenal blog namun sejauh ini setiap kali aku membuka blogku selalu ada progress dan hal berbeda yang aku dapati. Mulai hal terkecil seperti komentar atau shout hingga hal-hal besar seperti tools, postingan hingga skin blog dan teman-teman baru. Bagai tumbuh dan berkembang karena terpupuk dan tersiram blogku terasa rindangnya dengan beragam kuncupnya. Bukan itu saja akupun merasa komunitas blog ini begitu dekat satu dengan yang lain. Tak jarang kutemui disini rekan-rekan yang luar biasa, tidak saja dalam memberikan kontribusi dalam mengembangkan blogku namun juga jiwaku.

Kali inipun kembali harus kuucap terima kasih buat satu rekan dengan beragam nama [qq, herman, fajar, akbar, q2] yang akhirnya aku putuskan akbar [
http://qqsamudra.blogspot.com] sebagai panggilannya. Jelang Mei kemarin akbar menawarkan untuk membuatkanku wadah yang tepat bagi tulisanku, wadah yang menurutnya akan lebih memberikan identitas bagi aku. Dalam bengong aku seakan tak percaya. Ini mengejutkan. Aku tak pernah bayangkan akan mempunyai skinblog yang tak hanya sekedar template. Skin blog yang bisa dibilang “gue banget”. Aku mengangguk akhirnya.

Mungkin selain terima kasih aku perlu meminta maaf sedemikian besar atas kepusingan Akbar menghadapi berbagai list dan file pendukung yang ku buat agar blog ini tepat dan sesuai dengan yang diharap. Belum lagi jarak Jakarta – Detroit adalah kesulitan sendiri untuk berkomunikasi meski email dan messenger telah ada. Namun waktu, jadi kendalanya. Saat aku online di jam kerja, akbar ada dipukul 3 pagi. Waktu jelang akhir begadangnya. Belum lagi beberapa kecerewetan dan orientasi detailku hingga beberapa desain dasar harus dirombak total hingga 3 kali. Ditambah keinginanku untuk tetap menyimpan hasil kerja sahabat-sahabatku yang memberi kontribusi terhadap blog ini selama ini membuat beberapa adjustment mesti dilakukan. Beruntung sekali bapak satu ini cukup sabar (*moga tak plus dongkol hahahaha. Dan justru mengangap ini sebagai tantangan untuk mendapatkan satu desain yang maksimal. Salut!

Tepat B’dayku kemarin skinku telah berganti, begitu “siiip”-nya. Tapi bukan aku kalau tak membuat rebut beberapa temen bogger lain untuk membantuku merapikan setiap detail yang aku inginkan. Tak cukup Mamato [ http://semuatentangmamat.blogspot.com ] yang biasanya selalu cekatan membantu dengan sepenuh kemampuannya tapi juga Yaya [ http://yayajanuary.blogspot.com ]. Thanks you …my friend!

Kembali kulihat blogku. Bagai satu panggung karya yang terus bertumbuh dari sahabat-sahabatku. Sinergi yang indah antara kreatifitas dan satu ketulusan.
Akbar, Mamato juga Yaya… Again I say, thanks to You!

posted by kinanthi sophia ambalika @ 5/13/2005 11:20:00 AM - 5 comments

One Day In Your Life

Sunday, May 08, 2005

By Sam (07052005.23.57)

"... one day in your life, you'll remember the love you found here, You'll remember me somehow, though you don't need me now, I will stay in your heart, and when things fall apart you'll remember one day .." (Michael Jackson)

Bait lagu "one day in my life" yang dilantunkan sobat-sobitku siang ini terasa begitu kontras dengan suasana saat B'dayku lima hari lalu, saat aku dalam sendiri dan dilagui tembang jawa di sudut jalan Keprabon Solo bersama sepincuk nasi liwet dalam genggamku.
Kontras yang teramat bermakna ...

2 mei lalu saat usiaku tertanggal, saat murid-murid sekolah memperingati hari pendidikannya, kuberada di Solo jauh dari keluarga, teman juga sahabat dekat. Sendiri! Sendiri dalam menengok kebelakang dan kembali menyusuri jejak tapak langkahku. Juga sendiri menerawang kedepan untuk mendapatkan mimpi dan kepastian. Satu situasi yang amat tak kuingini. Tapi sekali lagi proyek training ini tak memberiku pilihan. Namun...setidaknya ada satu benang merah yang menghibur bahwa B'day dan pekerjaanku hari ini sama maknanya ... pendidikan!. Sejauh ini aku tak ingin larut apalagi terbenam, pekerjaan hari ini aku anggap suatu komitmen dan B'day kali ini adalah refleksi. Sedapat mungkin aku coba menikmati suasana hari ini dengan sudut pandang yang berbeda. Menikmati saat-saat berada di sekitar orang yang tak tahu bahwa hari ini adalah hari yang berbeda bagiku. Juga menikmati tiap detik waktu yang Tuhan masih berikan bagiku.

Bersyukur sekali karena hotel Sahid tempat aku dan partner trainerku menginap dan mengadakan training sedemikian tak layak dalam urusan makanan apalagi servisnya. Sehingga ada saja kesempatan bagi kami untuk makan diluar. Mencicipi rasa dan suasana unik setiap tempat dan menu khas Solo yang kadang begitu asing atau kadang malah menjadi buah rindu karena begitu lamanya tak mencicipi kembali. Termasuk merasakan nikmatnya nasi liwet di iring suara sinden jalanan bersama siter dan bonang saat menembangkan lagu menyayat tentang kisah rindu dan doa bunda pada buah hatinya. Serasa lengkap sudah terawangku ......

Meski demikian syukurku tak usai. Telpon dan sms dari sobat-sobit dan sahabat tepat pukul 12 dini hari tadi menjadi penawar dan menjadi teman dalam kesendirianku di loby hotel yang sepi dan kosong. Terlebih lagi adanya email, pesan di shoutbox blogku, mailist juga friendster. Terima kasih Sobat.

Image hosted by Photobucket.com


Dan 7 Mei ini kupikir sebagai waktu yang tepat untuk mengundang rekan dekat yang sebagian besar dari teman tenis yang terbentuk dari mailist, teman alumni, teman blog dan friendster juga partner-partner kerjaku. Dan rumah adalah pilihan tempat yang tepat untuk menampung mereka ber 40. Satu alasan yang sederhana bahwa aku ingin rekan rekanku lebih mengenal aku, keluarga juga partner-partner kerjaku yang lain. Selain alasan agar kami lebih menikmati keakraban dan keterdekatan tanpa satu frame waktu yang mengekang. Rasanya terlalu naif bila ini di sebut B'day. Hingga di undangan aku lebih berpihak untuk menyebut acara keakraban ini sebagai "lunch with you!"

Kembali kubersyukur ternyata keakrabanku dengan sobat-sobitku tak hanya terjadi dilapangan atau saat pertemuan kerja karena mereka telah membawa makna itu ke rumahku siang ini. Tak terbayang bila ternyata mereka bisa jadi penyanyi handal dan kompak saat karaoke, jadi predator yang gesit saat tiramisu, sparkling juice, ice cream bahkan mie kangkung dan duren disajikan, jadi lawan yang kompetitif saat ada game untuk berebut hadiah sponsor dari product susu import, malah bisa juga jadi pelawak ulung saat korban yang tepat ditemukan. Luar biasa. Semua diluar prakiraanku. Kuinginkan saat ini juga waktu berhenti, setidaknya melambat agar aku bisa merasai dan menggenggam lebih lama lagi setiap detik dalam kebersamaan ini agar tidaklah usai ....

Jauh sudah aku berjalan, tak ada sesal disetiap langkah dan arahku. Karena perjalananku kupahat dalam syukur dan kubalut dalam komitmen dan kesadaran akan satu konsekwensi. Dan lebih dari itu. Aku meletakkannya dalam kesadaran bahwa rencana Tuhan itu indah. Memilikimu sahabatku, kuyakin adalah satu dari rencan-rencana indah itu. Dan semua itu membuka mataku dan membuatku mengerti bahwa aku .... tidak sendiri.

" ....... One day in your life, when you find that you're always alone, for the love we used to share, just call my name and I'll be there ......"

Image hosted by Photobucket.com


Special Thanks to:
Yudha, derry, mamat, arik & partner, retnani, dyna, rika, woro, citra & partner, oi & fam, rully, cheppy, basuki, (edwin, dedy, didi, kiki, ria yang absent), team mr. copy wtc, team mr. Copy wartel & stationery, team mr. copy bri, team maestrograph, mbak intyas & sri, andri & nur, fitri juga my bro for all support.

posted by kinanthi sophia ambalika @ 5/08/2005 02:05:00 PM - 6 comments